Senin, 27 Maret 2017

SUDDENLY | ROMANCE | JEON JUNGKOOK X IRENE



SUDDENLY

Denidenol | Twt : Denoool1, Denibaen.blogspot.com, wattpad : Denol1004 | Irene, Jeon Jungkook (special to Frisca Ardianita) | Romance, Life | PG 17 | One shoot

“Aku tidak akan mau Eomma”, “Kau harus mau! Ini demi perusahaan!”,”Tidak mau!, cinta itu tidak bisa di paksakan Eomma”.

Ya, dia adalah Irene, gadis 19 tahun yang akan di jodohkan oleh orangtuanya dengan anak dari perusahaan teman ayahnya. Namun, ia menolak mentah-mentah karena perjodohan itu adalah cara yang paling kuno. Dia juga berfikir kalau cinta itu tak bisa di paksakan.

Eommanya memaksa agar dia mau di jodohkan. Ya, karena ayahnya ingin saham di perusahaannya bertambah. Dengan perjodohan inilah ayahnya dapat bekerja sama dengan perusahaan temannya itu dan mendapat keuntungan yang cukup besar.

Irene bersikeras menolak tawaran itu. Bahkan dia langsung keluar rumah begitu Eommanya memaksanya.
“Kau mau kemana Irene? Sudah malam!”
Irene keluar begitu saja tanpa mempedulikan Eommanya yang berteriak menyuruhnya untuk tidak pergi keluar. Hari sudah menjadi malam. Dan, malam ini begitu dingin. Irene berjalan menyelusuri trotoar yang sekarang sudah sepi. Ia terngiang-ngiang dengan perkataan Eommanya yang akan menjodohkannya secara tiba-tiba. 

“Apa-apaan Eomma itu, main menjodohkan saja”
Irene kesal sekali. Ia terus berjalan sambil menggerutu sendiri. Sampai dia tak sengaja menabrak tiang yang ada di depannya. Bruk

“Aduh, kenapa ada tiang tiba-tiba disini?” Irene memegangi kepalanya yang sakit. Tiba-tiba ada suara orang sedang tertawa yang entah datang darimana.
“Suara siapa itu?” Irene menelusuri sekitar, tak tampak ada seseorang disana. Bulu kuduk irene mulai berdiri. Dia setengah takut dan bersiap untuk berlari. Saat dia akan bersiap berlari ke depan lalu tiba-tiba dia menabrak seseorang  dengan berpakaian hitam. Dia setengah terkejut lalu dia terhuyung ke belakang dan BRUK. Irene jatuh dan pingsan.
Skip
Irene membuka matanya Dia bangun sambil memegangi kepalanya. 

“Aduh, pusing sekali”

Irene mengerjap-ngerjapkan matanya dan dia melihat di sekitar. Dia baru tersadar setelah 5 menit berfikir kalau dia sudah ada di atas kursi taman. Dia terlonjak kaget sampai hampir terjungkal dari kursi. 

“Kok aku bisa ada disini?” Bulu kuduknya seketika berdiri lagi. “Kau sudah sadar?” Tanya seseorang dari balik punggung Irene. Irene menengok pelan-pelan ke belakang dan mendapati seorang laki-laki dengan perawakan tinggi, kurus dan berbaju hitam menggunakan topi hitam. Untungnya orang itu tidak memakai masker, pasti disangka Irene penculik nantinya.

“Sudah” Irene menjawab pelan karena dia ketakutan. Dia takut kalau tiba-tiba di masukan ke dalam karung lalu di jual ke luar negeri. Ia tidak mau! Lebih baik di jodohkan saja pikirnya.
Seorang berbaju hitam tadi lalu berjalan dan duduk di sebelah Irene. Irene masih dengan posisi duduk dengan kedua kakinya di tekuk dan tangannya memeluk kedua kakinya itu.
Irene terus memandang orang bertopi itu. Dia menelusuri semua bagian dari orang itu. Mulai dari atas kepala sampai kaki. Kalau-kalau ada yang mencurigakan dia siap sedia untuk lari. Orang tadi menyadari kalau sedang di perhatikan langsung melihat ke arahnya. Irene yang merasa terpergoki langsung melihat ke arah lain.

“Kau kenapa? Sepertinya ketakutan?” Irene lalu mencoba memberanikan diri melihat orang itu.
“T-tidak kok, aku hanya takut kalau nanti di culik olehmu”, Orang itu menaikkan alis. “Hahaha kau lucu sekali, buat apa aku menculikmu” Orang itu tertawa. “Ya mungkin menculikku karena mau di jual organnya he-he” Irene menjawab dengan asal. “Ya itu sih saran yang baik, itung-itung menambah penghasilan”, Irene membesarkan kedua bola matanya, “Haha, tidak  lah, aku bukan orang yang seperti itu”. Irene menghela nafas lega. Kalau sampai ia di culik dan di jual organnya, ia berjanji di alam sana dia memohon kepada yang di atas agar di ciptakan kembali dan menuruti perjodohan orang tuanya itu. 

“Fiuuh aku lega”, “Ngomong-ngomong kenapa kau keluar malam-malam begini? Kau tidak di cari oleh orang tuamu?”, mendengar kata-kata orang tua, telinga Irene langsung menjadi sensitif. Dia menekuk wajahnya. “Tidak mau pulang untuk saat ini”, “Kenapa?”,”Ada masalah pribadi, dan itu membuatku kesal kalau harus mengingat masalah itu”,  “Oh iya kita belum berkenalan, namaku Sandeul” Seorang tadi mengulurkan tangannya bermaksud untuk berkenalan. Irene membalasnya takut-takut. “Aku Irene”,”Wah Irene, seperti member dari grup yang terkenal itu, siapa itu”, “Red Velvet”,”Iya benar, apa kau jangan-jangan anggota mereka?”, “Aku harap begitu”.

Skip

Hasil dari kabur malam ini adalah bertemu seseorang yang entah datang darimana. Irene merasa terhibur ketika mengobrol bersama orang itu. Ya, dia Sandeul, seseorang dengan topi hitamnya yang disangka Irene penculik. Eh, lebih tepatnya penjual organ manusia. Irene merasa suasana hatinya sudah cukup membaik, dia berencana untuk pulang kerumah. Tetapi sebelumnya dia berpamitan dengan Sandeul.

“Oh iya, ini sudah malam, aku akan pulang, sepertinya suasana hatiku ini sudah cukup membaik” Irene turun dari kursi.
“Baiklah Irene, kapan-kapan kita bertemu lagi ya”
Irene tersenyum lalu dia melambaikan tangan dan berlari pulang kerumah. Sepertinya sudah hampir larut malam. Dia tidak mau terkunci di luar rumah. Tidur bersama anjingnya lagi.
Sandeul tersenyum melihat kepergian Irene. Ia berharap bertemu lagi dengannya.
Gerbang hampir saja di tutup oleh penjaga rumah. Irene berlari dan untungnya dia bisa melewati gerbang itu. “Hati-hati nona Irene, untung saja tadi tidak terjepit”, “Untungnya pak”,”Cepat masuk ke dalam nona, sudah di tunggu ibu nona” Irene tak mendengarkannya. Dia langsung berlari saja. Ya benar saja, ibunya sudah menunggunya di depan pintu persis dan begitu dia melihat Irene, Ibunya itu langsung memasang muka khawatir.

“Irene, darimana saja kamu?, Eomma takut kau bunuh diri mendengar akan di jodokan”. Irene yang kebingungan mendengarnya lalu tersenyum kecil. “Ah Eomma, aku tidak akan bunuh diri, mungkin kalau benar-benar di jodohkan aku akan bunuh diri, tetapi dengan cara menjual organ hehe :”D”, “Ada-ada saja kamu, Eomma mengkhawatirkanmu malah kamu bercanda, sudah tidur sana Irene, maafkan Eomma tadi memaksamu”, Ibunya mengelus kepala anaknya itu. Irene tersenyum lalu berlari ke kamarnya.
“Suatu saat kau pasti mau Irene”.

Skip

Irene bangun pagi sekali. Dia ada kuliah pagi hari ini. Dia tidak mau telat lagi, karena dosen mata kuliah ini sangatlah killer. Sehabis mandi pagi, dia bergegas untuk sarapan lalu pergi ke kampusnya. Bahkan dia hanya sarapan sepotong roti saja.

“Aku pergi dulu Eomma, Oppa” Dia berpamitan dengan kakaknya dan ibunya. Ayahnya sudah berangkat duluan ke kantor lebih gasik daripada Irene. Karena ayahnya adalah kepala perusahaan, jadi dia sering meeting mendadak di pagi hari. Irene langsung dengan kilatnya keluar rumah. “Hati-hati Irene”, “Irene makanlah yang banyak! Jangan pergi saja!” Eommanya berteriak, begitu menyadari kalau anaknya itu hanya mengambil sepotong roti saja. Padahal banyak makanan di meja. 

“Biarkan sajalah Eomma, nanti pasti dia beli makanan di kantin” Ucap Jin Woo. Jin Woo adalah kakak Irene yang sudah bekerja. Dia bekerja di perusahaan ayahnya sendiri. “Oh iya benar, tapi Eomma akan memanfaatkan kesempatan ini  untuk perhatian ke Irene, sebelum dia menikah dengan orang lain, pasti Eomma akan sedih, karena dia nanti tinggal dengan orang lain”, Tiba-tiba suasana berubah menjadi sendu. Ibunya itu sangat menyayangi keluarganya apalagi dengan kedua anaknya itu. Ia ingin anaknya bahagia, kapanpun, dan dimanapun. “Sudahlah Eomma, kalau aku punya istri, aku pasti tinggal disini dulu kok, sebelum punya rumah sendiri hehe” ucap Jinwoo sambil melahap nasi goreng,”Ah kauuuu ini bisa saja. Yang dimaksud Eomma ini Irene bukan kau. Oh iya kau kapan berangkat kerja?”.”Sebentar lagi Eomma”, “Ayahmu sudah pergi ke kantor duluan, kau jangan telat, jangan membuat ayahmu malu”, “Siap Eomma, kerjakan!”, Hormat Jin Woo.

Skip

Irene sudah berada di ruang perkuliahannya. Dia mengambil tempat duduk agak depan. Ruang kelas masih cukup sepi, hanya beberapa orang saja yang sudah berangkat. Sepertinya mereka sepikiran dengan Irene untuk tidak telat.
“Ireneee!! Kami datang” teriak dari dua orang laki-laki dan perempuan. Mereka berlari ke arah tempat Irene duduk. Irene tersenyum melihat mereka berdua. “Kau gasik sekali irene, mendahului kami berdua!”,”Benar, tumben sekali, biasanya kan kau datang 30 menit setelah dosen masuk”. Irene memukul temannya itu. Ia tidak terima. “Itu untuk hari biasa, khusus hari ini tidak!”. Mereka bertiga duduk sederet. 

Go Eun dan Ji Soo. Ya, mereka adalah teman dekat Irene. Mereka bertiga adalah teman dekat sejak SMA. Dengan latar belakang berbeda mereka bisa akrab sampai sekarang. Orang tua Go Eun mempunyai bisnis butik baju yang lumayan sukses, Ji Soo hanyalah anak dari seorang pegawai biasa, dan Irene adalah anak dari Kepala perusahaan besar di kotanya. Hanya Go Eun dan Ji Soo lah yang dapat mengerti Irene sampai saat ini. Dan, tidak akan meninggalkan Irene karena hanya mengincar kekayaan Irene. Ya walaupun kaya, Irene tetap tampil apa adanya, dia tidak suka menggembor-nggemborkan uang orang tuanya. Dia lebih suka menabung lalu menggunakan uangnya sendiri.

“Kalian tahu tidak? Aku habis berduka semalam”
“Kenapa?” Tanya Ji Soo. “Aku akan di jodohkan oleh orang tuaku!”. Go Eun terbahak setelah mendengar Irene mengatakan itu. Irene menekuk wajahnya. “Di Jodohkan dengan siapa? Lagian kau masih kecil untuk di jodoh-jodohkan” Ji Soo menjawab dengan tenang. Dia memang paling di sukai Irene karena dia kalem haha. “Dengan anak dari perusahaan teman ayahku,”Alasan di jodohkan?”,”Ya karena ayahku ingin bekerja sama dengan perusahaan temannya itu, untuk menaikan sahamnya, tapi apa harus dengan perjodohan?”, Irene menceritakan dengan kesal. “Mungkin karena tidak laku, jadi orang tuamu takut kau tidak dapat jodoh” Jawab Go Eun asal, membuat Irene mencubitnya. 

“Enak saja, aku kan tidak tau bagaimana orangnya, kalau dia adalah penjual organ manusia bagaimana?”, “Aduh Irene kau jangan gila hanya karena sedang galau tentang perjodohan lalu mengira dia akan menjual organmu. Lebih baik kau menjual organmu kepadaku, untuk makanan kucing di rumahku ” Jawab Go Eun asal. Irene menyikut Go Eun, kesal. “Enak saja organku untuk makanan kucing”, “Lalu kau maunya di jodohkan dengan siapa?” Tanya Ji Soo yang sekarang sedang membuka-buka buku untuk mata kuliah hari ini. “Dengan Jeon Jungkook, kalian tau kan siapa dia?”, “Jangan berkhayal Irene, kau tau mukanya saja tidak”,”Iya tidak tahu sih, tapikan katanya dia tampan, baik, dan dia juga anak dari CEO perusahaan yang terkenal tapi entah perusahaan apa, aku mau sama dia saja”,”Kau tidak tanya ayahmu akan bekerja sama dengan perusahaan apa?”,”Hei, mendengar aku akan di jodohkan saja sudah membuatku malas, apalagi bertanya lebih lanjut, pokoknya aku tidak mau di jodohkan!” Teriak Irene. 

Skip

Irene sedang berjalan dengan kedua temannya itu. Dan, dia berhenti, begitu melihat seorang yang dia liat tadi malam. Ya, itu Sandeul. Dia sedang duduk di taman dekat kampusnya sedang mendengarkan musik sendirian. 

“Teman-teman tersayang, aku pergi sebentar ya kesana”, “Kemana Irene?”,”Ke taman sebalah sana itu, sebentar ya”. Irene langsung berlari. “Kita harus menunggunya atau pergi saja?” Tanya Go Eun. “Tunggu saja, katanya dia kesana sebentar”. “Aku penasaran Irene mau apa kesana, kita ikuti yuk” Go Eun menarik Ji Soo menuju taman.
Irene mendekati orang itu. “Sandeul?”, Irene bertanya namun di abaikan oleh Sandeul. Irene mencoba melambaikan tangan ke mukanya. Akhirnya, Sandeul menyadari, dia langsung melepaskan Headphone di telinganya dan melihat Irene yang sudah ada di depannya.
“Kau Irene kan? Wah kita beneran berjumpa lagi” Sandeul berdiri dari kursinya langsung menyapa Irene. 

“Iyaa! Suatu takdir atau kebetulan ini? Aku senang kita berjumpa lagi, aku jadi ingat semalam kita bertemu lalu sekarang bertemu lagi, kau tidak berencana menjual organku kan?” Irene masih saja berpikir negatif. Sandeul terbahak mendengar ucapan Irene itu. “Hahaha, kau ini lucu sekali, kan sudah aku bilang aku bukan orang seperti itu, kalaupun iya, aku sudah menculikmu kemarin malam”. Irene bergidik. “Lebih baik aku di jodohkan saja” gumamnya.
“Hei itu siapa?” Go Eun bertanya-tanya. “Sepertinya seorang laki-laki”. “Iya aku tau Ji Soo, kalau dia laki-laki, tapi siapa? Jangan-jangan pacar Irene?”
Go Eun dan Ji Soo mengintip dari balik pohon. Mereka curiga karena Irene bertemu dengan seorang laki-laki.

“Oh iya, kau kuliah disini?” Tanya Irene. “Ehm iya benar, aku di jurusan ekonomi, kau juga kuliah disini Irene?”, “Wah ternyata kita sekampus, aku juga kuliah disini, jurusan teknik”, “Sepertinya takdir haha. By The Way, anak teknik ya ? keren”, “Iya keren kan, jarang-jarang anak perempuan masuk teknik, sebenarnya aku di suruh masuk jurusan ekonomi juga, sama sepertimu, tapi aku tidak mau! Haha”.”Kenapa?”,”Karena aku tidak suka pelajaran IPS, haha”.
 Mereka sekarang sedang mengobrol di kursi taman. Dan, kedua teman Irene tetap berada di belakang pohon, memperhatikan gerak-gerik mereka. “Aku akan mengintrogasi Irene nanti!” Ucap Go Eun. 

Skip

Saking asyiknya mengobrol, Irene sampai lupa waktu. Dia bahkan lupa dengan kedua temannya itu. “Wah aku lupa! Aku meninggalkan temanku disana” Irene berdiri dari kursi dan langsung berlari tanpa berpamitan dengan Sandeul. Sandeul hanya kebingungan lalu tertawa melihat Irene yang sudah berlari mencari temannya itu. “Lucu sekali”
Irene ngos-ngosan. Dia berlari mencari kedua temannya itu. Tapi temannya sudah tidak ada di tempat saat mereka terakhir kali bertemu. “Dimana mereka? Ah pasti mereka marah di tinggal olehku? Bahkan Ji Soo juga? Ya ampun” Irene membalikan badannya dan dia terlonjak kaget saat mendapati kedua temannya sudah berada di belakangnya. Irene mengerjap-ngerjapkan matanya karena terkejut. Go Eun sudah melipat kedua tangannya di perut dan memasang muka penuh selidik terhadap temannya yang satu ini. Dan, Ji Soo, seperti biasa dia tenang dan kalem. Namun, kali ini berbeda dia menatap Irene dengan tatapan selidik juga.
Irene hanya menggaruk-garukan kepalanya dan memperlihatkan giginya saat melihat kedua temannya itu.

“Jadi begini? Kau bilang tak mau di jodohkan, ternyata sudah ada pacar?” Go Eun bertanya sinis. “Bukan, itu bukan pacarku Go Eun-ah”,”Lalu siapa?”, “Jadi, aku dan dia bertemu malam kemarin, aku yang sedang kabur lalu pingsan dan di tolong oleh dia, begitu”. Irene mencoba menjelaskan. “Kau kabur? Karena perjodohan? Haha”, Ji Soo tertawa. “Sepertinya kau mengarang cerita ya?”,”Tidak, kalau kalian tidak percaya yasudahlah”, Irene yang bersiap akan pergi, di tarik oleh Go Eun. “Baiklah Irene kami percaya, tapi aku punya permintaan, sekarang kau harus ceritakan kronologisnya bertemu dengan dia okey”. Ji Soo mengangguk-nganggukan kepalanya. “Baiklah, jadi....”

Skip

“Sayang, kau harus bertanggung jawab! karena kau, anak kita jadi kabur entah kemana!”
“Biarkan saja, dia pasti kembali kalau dia butuh uang”
“Bukan masalah itu, dia sudah tidak kembali kerumah sebulan yang lalu semenjak kau ingin merencanakan perjodohan itu, apa kau tidak khawatir dengan anakmu sendiri!”
“Itu salahnya karena dia tidak mau menurutiku, hanya di jodohkan saja langsung kabur dari rumah, sudahlah aku mau pergi ke kantor dulu ada meeting mendadak, dan aku yakin dia pasti akan pulang kerumah, liat saja nanti”. Laki-laki itu mengambil tas kerjanya dan bersiap untuk pergi ke kantornya.
Sehabis pertengkaran kecil dengan suaminya. Perempuan itu memandang sebuah figura foto yang isinya adalah foto anaknya. “Kokkie-ah” panggilan kesayangan untuk anaknya itu. “Cepatlah pulang, Eomma rindu denganmu tau” Perempuan tadi memeluk figura itu.

Sekarang Irene sudah ada di kantin kampus dengan kedua temannya itu seperti biasa. Mereka sudah selesai dengan kuliah hari ini. Beda dari kemarin, kuliah hari ini hanya sebentar dengan dosen yang tidak begitu killer.
“Woaah Ireneee makanmu tumben banyak”. Irene mengambil porsi cukup besar dari biasanya. Dia lupa makan pagi.
“Aku lupa sarapan teman-teman”,”Kenapa lupa?” Ji Soo menyeruput supnya. “Ya karena aku kira aku akan telat, aku langsung lari saja ke kampus, sebenarnya eommaku sudah mengejarku sih sampai keluar gerbang rumah tapi aku tetap lari saja haha”,”Bodoh memang Ireneku”,”Padahal tidak telat” Jawab Ji Soo. Irene hanya cengar-cengir.

Skip

Irene pulang sendirian. Kedua temannya tak bisa pulang bersama. Go Eun di perintah ibunya untuk belanja benang segera. Ji Soo ada perkumpulan organisasi di sore ini. Jadi Irene pulang sendirian.
“Irene hei!” Panggil seorang laki-laki. Irene melihat kedepan. “Hai Sandeul!”
Irene berlari mendekati Sandeul. “Kau mau pulang?” Tanya Sandeul. “Iya, aku mau pulang, kau juga?”,”Iyaa tadinya, setelah melihatmu tidak jadi pulang deh”,”Hahaha gombal” Irene memukul lengan Sandeul.
Irene dan Sandeul 
sedang menunggu bus di halte. “Eh Sandeul, kau rumahnya dimana? apa kita searah? Kau juga naik bus?” tanya Irene. “Rumahku?” Sandeul terdiam berpikir sebentar. “Iya, rumahmu masa rumahku?”,”Rumahku di daerah gangnam” Jawab Sandeul hati-hati. “Oh gangnam, kita tidak searah, aku di daerah sana, aku lupa daerahnya haha aku suka lupa rumahku sendiri” Irene tertawa sendiri. Sandeul hanya tersenyum melihatnya. “Oh itu busnya datang, aku pulang dulu ya Sandeul, sampai bertemu besok!”. Irene lebih suka naik transpostasi umum atau berjalan kaki, daripada harus di jemput oleh supir. Memang Irene adalah orang kaya yang beda :D.

Setelah Irene menaiki busnya, tinggalah Sandeul sendirian. Dia merenung.
Di dalam bus Irene berpikir sebentar, kenapa dia selalu bertemu dengan Sandeul. Entah itu sengaja atau tidak sengaja. Takdir kah?

Skip

Makan malam bersama keluarga bagi orang lain adalah hal yang menyenangkan. Karena suasana jadi hangat ketika berkumpul bersama. Namun, tidak bagi Irene. Dia paling malas makan bersama keluarganya lama-lama untuk saat ini, apalagi di tambah ada ayahnya. Ya, karena saat ini topiknya adalah perjodohan Irene.

“Irene kau harus mau di jodohkan ya?” Ayahnya meminta baik-baik sambil mengambil nasi dari wadah tempat nasi yang sudah di sediakan.
Wajah Irene mulai kesal. “Appa, aku tidak mau”. Jawab Irene yang sekarang sedang memutar-mutarkan mie gorengnya lalu memakannya.

“Kenapa? Kan enak di jodohkan jadi tidak pusing lagi mencari”,”Bukan begitu, aku kan tidak tahu seperti apa orangnya Appa, kalau dia penculik bagaimana?”, “Hussh Irene, bukan penculik, dia adalah anak dari teman appa, anaknya baik, tapi appa belum tau siapa nama pastinya”,”Hya tuh kan appa saja tidak tahu namanya siapa, mau di jodohkan denganku? No, No no”, “Iyaa benar kata appa, kau lebih baik di jodohkan saja daripada menjomblo terus”, Ucap Jin Woo kakaknya. Irene langsung melirik sinis ke arah kakaknya itu. Eommanya geleng-geleng kepala
.
Setelah selesai makan malam Irene langsung ke kamarnya. Dia duduk di meja belajarnya, dia bermaksud untuk belajar pretest besok. Tiba-tiba dia kepikiran Sandeul. “Sandeul sedang apa ya?. Oh ya bahkan kita sudah sering bertemu dan belum pernah bertukar nomor telepon? No no no”. Irene berbicara sendiri. Lalu dia membayangkan muka Sandeul. “Iya, dia tampan, wajahnya putih, senyumnya manis, yang jelas dia tinggi, aaahhh laki-laki idaman, eh tunggu dulu, tidak ada yang lebih idaman dari Jeon Jungkook! Ya walaupun aku tidak tau muka dia bagaimana huhu” Irene membungkamkan wajahnya ke kedua tangannya dan histeris sendiri.

Skip

“Irene kau sepertinya semangat sekali pretest hari ini?” Tanya Go Eun. “Jelas semangat, kan aku ingin menjadi lulusan terbaik besok! 2 tahun lagi!” Irene membaca-baca materi penuh semangat. Bahkan dia lebih semangat dari Ji Soo. “Baguslah Ireneku, daripada Go Eun!” Jawab Ji Soo blak-blakan. “Irene pasti semangat karena mau di jodohkan kan ? jadi sehabis lulus lalu nikah” Irene berhenti membaca lalu mencubit kedua pipi Go Eun. “Aw Sakit, aku tau pipiku gembul”,”Go Eun-ku kau yang ingin di jodohkan kan? Apa aku bilang appaku saja kalau kau ingin menggantikanku lalu ikut perjodohan itu?”,”Boleh, asal jodohnya adalah Jeon Jungkook!”, “No no no dia hanya milikku!”,”Sudahlah kalian ini, belajar-belajar daripada menyesal nanti” Ucap Ji Soo yang sedang membuka bukunya dan menghafalkan rumus. “Dengarkan Ji Soo tuh Go Eun-ah, agar kau sadar! Jangan berpikir tentang jodoh terus!”

Pretest hari ini lumayan sulit. Soal 20 dan Irene hanya bisa menjawab 10 soal, dia berharap mendapat nilai tambahan. “Woahhh soalnya susah kali ini” Keluh Go Eun. “Kau bisa menggarap berapa Ji Soo-ah?” Tanya Irene. “Ehmm 15 nomor, kalau kau?”,”Woah 15 nomor, aku saja hanya bisa 8 nomor” Go Eun terkejut mendengar Ji Soo yang mengerjakan lumayan banyak. “Aku hanya setengahnya huhu aku akan lebih giat membaca”.

Saat mereka bertiga tengah berjalan di kantin seseorang memanggil Irene. “Irene!”
Mereka bertiga yang asik mengobrol lalu menengok ke arah sumber suara itu. “Sandeul?”, Go Eun dan Ji Soo saling berpandangan. “Jadi itu yang bernama Sandeul?”, Tanya Go Eun. “Waaahhh” Jawab Ji Soo. Irene langsung berlari ke Sandeul diikuti kedua temannya.
“Hai Sandeul-ah, kita berjumpa lagi”,”Wah benarr, kita berjumpa lagi, kau mau makan siang?”. Go Eun masih terpana melihat seorang laki-laki di depannya. Dia merasa laki-laki di depannya tampan sekaliiiiiiii. Dia tidak percaya Irene ternyata bertemu orang setampan ini.

“Oh iya perkenalkan mereka adalah sahabatku, Ini Go Eun dan Ini Ji Soo”,”Hai Aku Ji Soo teman Irene”. Go Eun tetap terpana.”Hei Go Eun-ah kau kenapa?” Irene melambai-lambaikan tanganya ke wajah Go Eun. “Ahhh aku Go Eun-ah, salam kenal, aku adalah sahabat Irene dari SMA, kami teman baik, yakan Irene”, tiba-tiba Go Eun merangkul Irene manja. Irene bingung. “Maafkan Sandeul-ah, dia memang agak tidak waras”. Sandeul hanya tersenyum.

Skip                         

Perkenalan di kantin tadi, membuat Go Eun histeris sampai sekarang. Bahkan, Ji Soo dan Irene sampai memasang Headshet di telinga mereka. Ya, mereka sangat tahu sahabatnya itu apabila sudah bertemu laki-laki tampan menjadi tidak normal.

“IRENE!! DIA TAMPAN SEKALI!!!” Go Eun histeris sendiri. Dia sesekali berjingkrak. Ji Soo dan Irene mengabaikannya dan tetap pura-pura mendengarkan musik lalu tetap berjalan kedepan. “Woah, aku tidak menyangka kalau Irene-ku berkenalan dengan seorang laki-laki tampan, dan dia satu kampus dengan kita!”. Go Eun berbicara sendiri dan dia menyadari kalau dia sedang di abaikan oleh kedua temannya itu langsung berlari mengejarnya. “Hei kalian berdua!” Irene dan Ji Soo tetap berjalan. Go Eun tak terima, lalu menarik HeadSet mereka. “Aduh Go Eun, nanti Headsetku rusak”,”Iyaa, ini musiknya sedang keren-kerennya malah kau lepas”. Go Eun mengernyit lalu menyubit kedua temannya itu. “Aw, kau suka sekali menyubit sih” Ji Soo mengelus-ngelus lengannya. “Kalian tadi mengabaikanku! Aku tidak di dengarkan, kan temanmu ini sedang bahagia!! Kalian jahat” Go Eun kesal dan akhirnya dia berjalan duluan ke depan. Irene dan Ji soo saling berpandangan dan tersenyum melihat kepergian Go Eun itu. “Hei GO EUN-AH tunggu kami! Jangan marah!!”.

Skip

Sandeul berjalan sendirian. Dia sambil mendengarkan musik. Dia berhenti sebentar begitu menyadari kalau dia melihat Irene sedang berjalan dengan membawa belanjaan. Dia lalu berjalan cepat dan mendekati Irene.
“Pasti Eomma akan masak besar nanti malam, jangan bilang dia akan melatihku menjadi istri yang baik, mulai dari menyuruhku berbelanja begini, ah tidak! Aku masih muda dan belum siap” Irene kesusahan membawa belanjaan pesanan Eommanya itu. Ada sayur, daging, bumbu, beberapa botol bumbu dan juga minuman. Irene sampai kewalahan.

“Hai Irene! Kita ketemu lagi!”. Irene melihat kedepan, Sandeul sudah ada di depannya. “Hai Sandeul!” Irene melambaikan tangan ke Sandeul. “Kau habis darimana? sepertinya berat?”,”Habis dari pasar, aku di suruh eomma-ku berbelanja” Ucap Irene kesal. “Sini ku bantu bawakan” Sandeul langsung mengambil belanjaan yang ada di tangan Irene itu. “Wah tidak usah repot-repot Sandeul-ah, aku bisa kok membawanya”,”Sudahlah, tadi aku liat kau kesusahan dan sepertinya punggungmu mau patah”,”Hei kau liat aku daritadi?”,”Iyaa, tadi aku melihatmu, makanya aku kesini”,”Wah sepertinya kau mengikutiku ya? Karena kita sering bertemu akhir-akhir ini”,”Iya, aku merencanakan penjualan organ” Irene langsung melihat Sandeul seram dan bersiap melarikan diri. Sandeul melihat Irene lucu dan langsung tertawa. “Hahah kau ini, bisakah kalau betemu kita tak membahas penjualan organ? Kalau aku ada niat untuk itu bagaimana?” Irene menggulung mulutnya.

”Oh iya, kau tidak kabur lagi Irene?”,”Kabur? Haha akan ku rencanakan nanti kalau aku benar-benar di jodohkan”,”Di Jodohkan?”,”Iya, kau tau kan acara perjodohan yang ada di tv-tv itu, aku kesal orangtuaku mengikuti acara itu dan menerapkannya padaku, kenapa tidak kakakku saja yang di jodohkan?”, Irene nyerocos panjang lebar.”Di jodohkan dengan siapa?”,”Dengan anak CEO dari perusahaan lain, CEO itu adalah teman ayahku, tapi aku tidak tau bagaimana orangnya, dan parahnya lagi ayahku pun tak tahu juga, katanya orangnya baik lalu tampan, kalau penculik bagaimana kan aku tidak tahu juga”, Irene kesal dan semakin menghayati dalam ceritanya.

Sandeul tiba-tiba terbahak mendengar kata-kata Irene yang menyangka akan di jodohkan dengan seorang penculik? Orang tua yang tega sekali kalau sampai seperti itu. “Hei kenapa tertawa? Aku salah kah?”,”Tidak, kau lucu saja, kenapa kau selalu mengira itu penculik atau penjual organ? Kau trauma?”,”Tidak, hanya takut”,”Kau mau di jodohkan dengan siapa kalau misal kau yang memilih orangnya?” Tanya Sandeul. “Jeon Jungkook!! Orang paling tampan, dan dia juga baik anak dari perusahaan terkenal tapi aku lupa nama perusahaanya, aku berharap aku di jodohkan dengan dia, pasti hidupku akan bahagia!”,”Kau tau orangnya?”,”Tidak sih, tapi kata orang-orang sekitar dia itu tampan dan baik, namannya juga bagus Jeon Jungkook, ya kan?”.”Kenapa kau langsung begitu suka?”,”Ya karena  aku sudah membayangkan dia itu tampan sungguhan haha”,”Dasar aneh, kalau dia penculik bagaimana?” Irene menyikut lengan Sandeul. “Tidak mungkin lah”. Sandeul tertawa.

“Kalau misal kau di jodohkan, kau akan memilih dengan siapa sandeul?” Irene bertanya. “Ehm, aku tidak mau di jodohkan, kecuali kalau denganmu aku pasti mau” Sandeul menggoda Irene. Seketika muka Irene menjadi merah. “Hei mukamu kenapa?”,”Kenapa? Mukaku kenapa?” Irene memegangi kedua pipinya.
Digoda oleh laki-laki tampan seperti sandeul siapa yang tidak akan malu? Ya mungkin Go Eun yang tidak akan malu, mungkin dia langsung mengajak Sandeul menikah saat itu juga.

Skip

Mereka berdua akhirnya sampai di depan rumah Irene. Tadinya Irene sudah menyuruh Sandeul untuk pulang duluan, namun dia tetap mengikuti Irene sampai pulang kerumah. Karena belajaan yang di bawa Irene terlihat berat. “Ini rumahku Sandeul” Sandeul melihat rumah Irene yang cukup besar dengan gerbang yang tinggi. “Besar juga rumahmu, kau tidak di antar supir saja ke pasarnya tadi?”,”Tidak mau, aku tidak mau merepoti orang lain hanya karena pergi sebentar ke suatu tempat”,”Istri yang baik”,”Hei aku belum siap jadi istri, sudahlah kau pulang saja sana sandeul, sudah mau malam, kasihan orang tuamu di rumah menunggumu nanti” Irene mengusir Sandeul. “Baiklah baiklah, sampai besok Irene, kita pasti ketemu lagi di kampus haha” Sandeul berpamitan dan langsung berjalan pergi. Irene masih di depan gerbang melihat punggung Sandeul berjalan pulang. Tiba-tiba dia mengingat Sandeul menggodanya, pipinya langsung memerah, ia cepat-cepat masuk, takut dia jadi histeris dan Sandeul balik menghampirinya.

Sandeul membalikan tubuhnya dan memengok sebentar ke arah rumah Irene. Lalu tersenyum.
Irena masuk ke dalam rumahnya dan langsung menuju ke dapur, disana sudah ada eommanya sedang mencuci piring mempersiapkan makan malam. Begitu melihat Irene dia langsung membantu Irene mengangkat belanjaan yang berat itu.

“Eomma, Oppa dan Appa belum pulang?”,”Belum Irene, mereka sedang ada meeting sebentar, mungkin jam 7 nanti mereka pulang”,”Wah kerja di perusahaan itu memang susah ya, capek juga”,”Iya maka dari itu mereka harus punya istri yang siap menyediakan makanan kalau mereka pulang nanti, kau harus belajar jadi istri yang baik dari sekarang” Irene mengernyit mendengar Eommanya mengatakan itu. 

“Sudah ku bilang Eomma, aku ini masih mudah tidak mau di jodohkan!”,”Jangan menyesal kalau kau tidak mau di jodohkan lalu dapat jodoh penjual organ nanti”,”Hih Eomma, tapi aku belum siap menikah saat ini! Aku masih sibuk dengan kuliahku tau”,”Untuk persiapan saja, ayahmu butuh bantuanmu, kau tidak akan membantu?”,”Aku akan membantu setiap ada yang minta tolong Eomma, apalagi yang minta tolong adalah Appa, tapi kalau minta tolongnya tentang per jo dohan, aku pikir dua kali lagi deh! Huh” Irene kesal, setelah dia menata sayur ke dalam kulkas dia langsung berlari ke kamar mandi untuk buang air besar. Eommanya tersenyum melihat tingkah anaknya itu. “Bagaimana nanti ya kalau dia sudah menikah, pasti aku akan merindukan tingkah lucunya itu” Eommanya tersenyum sendiri sambil menuangkan air ke dalam panci untuk di rebus.

Walaupun masih 19 tahun, Irene sudah di jodohkan. Bukan maksud memaksanya, Ayah Irene berencana melakukan kerja sama dengan suatu perusahaan besar namun syarat dari perusahaan itu adalah melakukan perjodohan. Sebenarnya Ayahnya keberatan akan soal itu, dia tau pasti Irene tak akan setuju. Namun, saham yang di berikan perusahaan besar itu lumayan besar dan kesempatan tidak datang dua kali. Maka, sampai sekarang ayahnya terus membujuk Irene sampai Eommanya pun juga. Tetap saja Irene tidak akan mau, karena cinta tidak di paksakan.

Skip

“Aku rindu Eomma, tapi aku tidak mau melakukan perjodohan itu, maafkan aku Eomma, suatu saat aku pasti pulang kerumah membawa calon jodohku nanti, aku masih muda dan aku ingin mencari sendiri” Seorang laki-laki melihat foto ibunya itu. Dia rindu Ibunya.
Irene dan kedua temannya saat ini sedang berada di kursi taman duduk memakan Eskrim bersama. Praktikum yang melelahkan hari ini membuat mereka ingin memakan sesuatu yang membuat semangat lagi. Ya, itu Eskrim.

“Ehmm Eskrimya enak” Go Eun menjilati Eskrimnya itu dengan semangat. “Benar-benar membuat mood kembali normal”,”Kalian ini, hanya satu praktikum saja masih kurang bersemangat, ingat! Semester besok ada dua!” Ucap Ji Soo, “Masih lama, kita nikmati dulu Eskrimnya ini”.
Seseorang berlari mendekati mereka bertiga. “Sandeul?” Ucap Go Eun sumringah. Dia beryukur sehabis praktikum dia di hampiri oleh cowok tampan.

“Hai, kalian sedang apa disini?”,”Sedang makan Eskrim” Jawab Ji Soo datar smabil sibuk memakan Eskrimya. Irene malu melihat muka Sandeul. Setelah kejadian kemarin dia sangat malu untuk bertemu dengan Sandeul. Apalagi sampai pipinya merah begitu. Hanya karena di goda oleh Sandeul.
“Irene? Kok diam saja? Ada Sandeul ini, biasanya kau menyapanya?”, Tanya Go Eun yang tidak bisa di ajak kerja sama untuk saat ini. “Ah- hai Sandeul” Irene menyapa sambil sibuk memakan Eskrimnya. Dia berharap mukanya tidak memerah lagi.

“Hai Irene, kita bertemu lagi” Sandeul tersenyum. Dan, senyumnya entah kenapa tiba-tiba menjadi manis sekali, membuat Irene yang melihatnya tiba-tiba langsung berdegup kencang. Go Eun yang melihatnya langsung histeris. “Ah Sandeul-ah kenapa kau begitu tampan? Kau bertemu dengan Irene lagi? Kapan?” Go Eun. Kenapa seperti ini, biasanya tidak berdegup kencang, ada apa Irene, oh tidak jangan terbawa perasaan hanya karena dia menggodaku, gumam Irene dalam hati. 

Sandeul yang melihat Irene mulai salah tingkah, dia memergoki kalau muka Irene tiba-tiba memerah. “Irene kau sakit? Mukamu memerah? Apa perlu ke rumah sakit?” Irene terkejut lalu cepat-cepat dia mengambil ponselnya dan benar, muka dia memerah!. Go Eun dan Ji Soo langsung melihat muka Irene. “Mukamu kenapa Irene? Kau sakit?! Sini aku cek?” Go Eun memegang dahi Irene. “Tidak panas kok” Ucap Go Eun. “Sepertinya dia malu bertemu Sandeul”, Jawab Ji Soo cuek, asal ceplos sambil terus menjilati Eskrimnya. Irene langsung menoleh ke arah Ji Soo dan memukulnya. Irene lalu berdiri dan langsung berlari meninggalkan Sandeul, Go Eun, dan Ji  Soo. “Hei Irene! Tunggu! Kau mau kemana?” Teriak Go Eun. Irene terus saja berlari. Sandeul yang melihatnya tersenyum sendiri.

Skip

“Ah Ji Soo kurang ajar, membuat aku sangat malu di depan Sandeul. Bagaimana nanti kalau aku bertemu lagi dengannya di suatu tempat?” Irene terus berlari. Dia tidak tahu kenapa jantungnya menjadi begitu tak karuan begitu melihat Sandeul. Mungkin karena dia tampan lalu dia menggoda Irene untuk menjadi istrinya? Irene tidak mau menikah untuk saat ini, tapi dia juga berpikir kalau menikah dengan Sandeul dia juga mau kok. “Ahhhhh Sandeul gara-gara kau, jantungku sepertinya akan keluar sekarang!”

Sore ini, Irene sedang berada di halaman belakang rumahnya. Dia sudah duduk di kursi taman sedang membaca-baca buku. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Irene mengambilnya dan melihat ke layar, terlihat nomor yang tak di kenal. Dia lalu membukannya dan membaca pesan itu.

Benar nomor Irene?

Aku Sandeul^^

Irene yang tadinya membaca dengan tenang isi pesan itu lalu terlonjak kaget dan terjungkal ke belakang. “Aduh sakit” dia lalu bangun dan mengambil ponselnya yang terlempar itu. Ia tidak percaya kalau Sandeul mengirimi dia pesan. “Sandeul? Dia dapat nomorku darimana?” Irene terbengong sebentar dan lalu berpikir. “Ahh pasti GO EUN DAN JI SOO, dasar teman kurang ajar!, aku harus bagaimana sekarang?” Irene memukul-mukulkan tangannya ke kepala. Dia sedang di landa genpa besar di jantungnya tiba-tiba yang melanda gempa tersebut datang dan mengirimi dia pesan? Sungguh tak bisa di percaya.

Irene berpikir lama dan setelah setengah jam dia berpikir, akhirnya dia membalasnya juga.

Iya benar Irene disini. Hai Sandeul^^

Irene memilih tulisan send dan dia langsung berjingkrak-jingkrak sendiri karena dia sangat malu. “AAAAAAHHHHHH”

Skip

“Ji Soo-ah, kau tahu tidak?”,”Tahu apa Irene?” Ji Soo berjalan sambil meminum sprite. “Sandeul mengirim pesan kepadaku!” Irene berteriak kesal. “Pesan apa?” Tanya Ji Soo. “Cuma bilang kalau dia itu Sandeul, ah ini pasti ini gara-gara kalian kan?”,”Ahh bukan gara-gara aku, kemarin Go Eun memberi nomormu karena Sandeul memintanya, kamu tau bagaimana kan si Go Eun itu?” Jawab Ji Soo tenang sambil terus meminum Spritenya. Irene dan Ji Soo sedang berjalan berdua, Go Eun entah kemana. “Ah sialan anak satu itu”. 

Dari kejauhan Go Eun memanggil Ji Soo dan Irene, dia sedang bersama seseorang. “IRENE! JI SOO!!”. Mereka berdua menengok ke sumber suara itu, dan melihat Go Eun bersama ya siapa lagi kalau bukan Sandeul. Irene langsung berdegup kencang. “Ahhhhh Sandeul kenapa disitu?” Gerutu Irene. Ji Soo melihat Irene bingung. Irene langsung bersembunyi di balik punggung Ji Soo. “Lindungi aku Ji Soo-ah!”. 

Go Eun dan Sandeul berjalan menghampiri mereka berdua. “Hai Ji Soo” Sapa Sandeul. “Hai juga”. Irene tetap bersembunyi di balik punggung Ji Soo. “Kau kenapa Irene?” Tanya Go Eun. Irene tak menjawab dia tetap berada di belakang Ji Soo. “Ini dia malu” Jawab Ji Soo cuek. Irene langsung memeluk Ji Soo dan mencengkramnya. “AHHH Irene, jangan peluk-peluk!” Ji Soo meronta-ronta minta di lepaskan. Sandeul yang melihat adegan itu langsung tertawa sendiri. “KALIAN JANGAN PELUK-PELUK ! APA AKU HARUS MEMELUK SANDEUL JUGA SAMA SEPERTI KALIAN!” Teriak Go Eun. Dan, Sandeul tertawa semakin keras. 

Skip

Sandeul tertawa sendiri mengingat kejadian tadi. Kehebohan yang di sebabkan teman Irene membuat dia terhibur, dan di tambah Irene sekarang suka salah tingkah bila betemu dengannya. “Mungkin karena di goda menjadi istriku? Haha dia itu lucu sekali padahal baru pertama kali bertemu langsung akrab” Sandeul senyum-senyum sendiri mengingat bagaimana muka Irene memerah saat salah tingkah di taman saat itu. Apalagi ditambah teman-temanya itu polos dan blak-blakan.

Sandeul berjalan sambil tersenyum sendiri. Ia tak sebahagia ini sebelumnya. Lalu, dia mengambil ponselnya dan membuka kotak pesan memilih nama Irene lalu mengetik sebuah pesan. Dia tersenyum lalu berlari pulang.

Irene yang sedang belajar bersama dengan temannya saat itu karena ada tugas dadakan dari dosen killer. Mereka harus menggarap laporan praktikum hari ini juga malam ini juga dan di kumpulkan besoknya sebelum jam 5 sore. Ini merupakan suatu kesengsaraan yang melanda anak teknik kalau mempunyai dosen seperti itu. “Woahhh, dosen killer itu makin menjadi ya!!” Teriak Go Eun yang tengah menulis beberapa rumus. “Gilaa, bisa tidak tidur malam ini, kalian akan menginap kan sampai besok?” ,”Sepertinya aku tidak” Ucap Ji Soo. “Yah Hei Ji Soo-ah kau tidak setia kawan!” Teriak Go Eun. “Aku tidak bawa baju” Ji Soo sedang menyelesaikan Bab3 nya. “Pinjam kakakku saja, kau harus menginap!” Teriak Irene. “Baiklah, daripada kalian teriak-teriak terus, gendang telingaku hampir pecah”, Go Eun langsung memeluk Ji Soo. “Yey Ji Soo memang terbaik”,”Awas jangan peluk-peluk aku trauma!” . 

Irene yang serius menggarap Bab2 nya itu tiba-tiba ponselnya berbunyi. “Ah siapa ini? Jangan bilang dosen killer itu ingin tau kabar laporanku?” Irene mengambil ponselnya dan tiba-tiba ponselnya terbang dan untung di tangkap oleh Go Eun. “Ada apa sih Irene? Siapa yang mengirim pesan?” Go Eun langsung melihat siapa yang mengirim pesan. 

Hai Irene, sedang apa?^^ 

Disitu tertera nama Sandeul. Langsung Go Eun histeris. “IRENEE! INI DARI SANDEUL SI TAMPAN! CEPAT BALAS SEKARANG!” Irene merasa sangat malu sekarang, bahkan jantungnya berdegup sangat kencang sekarang. “Tidak mau!” Teriak Irene berusaha menenangkan jantungnya. “Hei, kalau tidak mau Aku yang menjawabnya saja ya?” Tanya Go Eun. Irene langsung mengulurkan tanganya bermaksud mengambil ponselnya dari Go Eun namun dia tidak berhasil. Go Eun dengan cepat membalas pesan itu.  Dan, TENG terikirim dan langsung di terima. “Berhasil, pasti dia sebentar lagi membalas”. Irene pasrah. 

“Memang dia mengirim pesan apa?” Tanya Ji soo. Go Eun memperlihatkan isi pesan itu ke Ji Soo.

Hai Irene, sedang apa?^^

Hai Sandeul, aku sedang menggarap laporan bersama Go Eun dan Ji soo di rumahku. Ini semua gara-gara dosen killer itu malam ini aku harus begadang menggarapnya, laporan di tumpuk besok, kesal kan. Kalau kau sedang apa?^^

Ji Soo hanya geleng-geleng kepalanya. Irene sudah terkapar di kursinya. Sepertinya jantungnya sudah mau copot.

KLING. Eh dia membalas lagi! Go Eun cepat-cepat membukanya.

Oh baiklah Irene maaf sudah mengganggu. Semoga cepat selesai mengerjakannya ya! Kalau aku sedang menghitung uang kan tugas anak ekonomi, siapa tau bisa menghitung uang untuk membeli rumah kita nanti? Eh aku menggodamu lagi! Hehe haha^^

Go Eun membacakannya keras-keras. Irene yang mendengarkannya langsung terguling dari kursinya. “Ireneee!!” Teriak Ji Soo tiba-tiba. Go Eun hanya tertawa melihat Irene jatuh dan histeris sendiri karena Sandeul menggoda Irene. 

“Aduhh punggungku sepertinya akan patah!” 

Skip

Irene berjalan sendirian. Mengingat kejadian semalam, dia malu sendiri. Dia memegangi pipinya terus. “Irene!!” Teriak seseorang. Irene terkejt ketika mendengar siapa yang berteriak. Ia seketika membatu Oh tidak, apa yang harus aku lakukan.

Sandeul berlari ke arahnya. “Irene kau mau pulang?” Irene mematung ia benar-benar bingung antara tetap disitu atau berlari. Sandeul yang merada di abaikan lalu melambaikan tangan ke wajah Irene. “Kau baik-baik saja?” Irene tersadar dari lamunannya. “Eh Sandeul-ah, aku baik-baik saja hehe” Irene berusaha bersikap biasa saja sambil menyunggingkan senyum terpaksanya. Ia benar-benar belum bisa mengontrol jantungnya. “Mukamu memerah lagi Irene” Irene langsung memegangi pipinya itu. “Ahhhhhhh tidak!”,”Kau sakit beneran ya?” Sandeul memegang dahi Irene. Irene semakin panas. “Ah kau malu denganku ya?”, Irene merasa terpergoki itu langsung memberanikan diri melihat Sandeul. “Ahh malu karena apa? Karena kau menggombaliku?”,”Ehm iya mungkin”,”Tidak kok, aku biasa saja hehe” Irene merasa salah tingkah. Sandeul tersenyum kecil. “Hahaha, maafkan aku deh kalau menggombalimu sampai menbuat kamu malu kalau bertemu denganku”,”Sudah ku bilang aku biasa saja tau! Huh” Irene makin memerah. “Haha kau lucu sekali sih” Sandeul mengelus kepala Irene. 

Akhirnya, Irene berjalan bersama Sandeul. Ia tidak mungkin berlari karena sudah terpergoki. Ini memalukan. Jantugnya masih sja berdegup kencang namun dia sudah mulai bisa mengontrolnya.
“Kau mau pulang ?” Tanya Sandeul tiba-tiba memecahkan keheningan di antara mereka. “Iya lah, masa berangkat kuliah lagi” Jawab Irene asal. “Hahaha, siapa tau kau akan menemui dosen killermu itu dan meminta tugas tambahan?”,”Tidak mungkin, aku tidak sudi huh” Irene kesal.

”Ngomong-ngomong nanti malam ada acara tidak?” Irene menengok ke Sandeul. “Tidak ada acara”,”Aku ingin mengajakmu jalan-jalan lalu makan, bagaiman? Kau mau?”, seketika ada yang merasuki tubuh Irene membuat tubuh Irene seketika panas dingin. “Hei, mau tidak? Aku jemput deh nanti” Sandeul menawari diri menjemput Irene. Ketika Bus yang akan membawa Irene pulang sudah datang Irene langsung kabur dan berlari masuk ke dalam. Dia bingung harus menjawab apa dan langsung kabur. “Hei Irene jangan kabur!” Teriak Sandeul.
Skip

Group Chat Tiga sekawan

Irene : Teman-teman!! Ada kabar buruk!!
Irene : Cepat balas!! 
Irene : P P P P P P P !!
Ji Soo : Y ada apa Irene? Kabar buruk apa?
Go Eun : Kenapa!!! cepat beritahu!
Irene : Sandeul mengajakkku jalan-jalan nanti malam, buruk kan!!
Go Eun : *Hening*
Ji Soo : *Hening*
Irene : Hei kalian, balas! Aku harus bagaimana?
Ji Soo : Jalan-jalan saja, kasihan kan kalau di tolak
Go Eun : JALAN-JALAN SAJA! POKOKNYA JALAN! PAKAI BAJU BAGUS! KALAU KAU BERANI MENOLAK AJAKAN ORANG TAMPANN SEPERTI ITU, KU BUNUH KAU IRENE!
Go Eun : Mengirim emoticon marah-marah
Ji Soo : Ya ampun, keypadmu rusak?
Go Eun : Tidak ehhhhhmmmmmm
Go Eun : Irene hoy! Pergi kemana kau?
Irene : Baiklah aku akan pergi, menggunakan baju bagus
Go Eun : Jangan lupa berfoto bersama! Kirim ke grup
Ji Soo : Mengirim emoticon jempol
Irene : mengirim emoticon menangis

Irene menggeletakan ponselnya lalu pergi menuju lemari pakaiannya. Dia melihat bajunya, tidak banyak juga tidak sedikit, tapi isinya hanya baju panjang selutut dan juga celana jins, tidak ada gaun ataupun dress apalagi baju untuk pergi berkencan. “OMG ini bukan berkencan ya” Ucap Irene sambil memilah-milah bajunya.

KlING ponselnya berbunyi. 

Irene aku tunggu di taman ya

Skip

Irene berjalan ke taman. Dia hanya menggunakan baju berbahan tunik yang panjangnya selutut + celana jeans hitam dan sepatu convers. Dia bingung harus menggunakan baju apa. Dia berpikir kan bukan kencan untuk apa dandan bagus. ^^

Sandeul sudah menunggu daritadi, begitu dia melihat Irene dia langsung berlari mendekati Irene dan menyapanya. “Anneyong Irene!” Irene melihat dia malu-malu. Wahh Sandeul tampan sekali, dia mengenakan celana Jins dan Hem biru yang di masukan kedalam, kancing atasnya membuka satu, dengan rambutnya yang berwarna cokelat tua agak kehitaman,  hidungnya mancung dia benar-benar tampan. Irene membatin. Dia begitu terpesona sekarang. Dia juga malu hanya menggunakan pakaian seadanya dengan rambutnya yang panjang di gerai. 

Sandeul tersenyum lalu menggandeng Irene. Irene yang pasrah hanya diam mengikutinya tetapi sebenarnya dalam hati dia teriak-teriak ingin kabur. Mereka jalan-jalan di sekitar sungai Han. Disana sudah banyak sekali pasangan yang sedang berduaan. Irene melihatnya aneh, dia tidak pernah berkencan.

“Kenapa kesini? Kenapa tidak ke cafe saja?” Tanya Irene. “Udara disini sejuk, kau tidak pernah kesini?”,”Tidak lah, aku kan tidak pernah berkencan, dan disini katanya tempat orang berkencan kan?”,”Wohohoho sekarang sedang berkencan kan?” Tiba-tiba jantung Irene berdegup kencang. “Jangan menggodaku terus!”

Sandeul berhenti di tepian sungai Han dan mulai duduk disana dikuti Irene. Mereka memandangi air sungai Han yang tenang dan kerlip-kerlip lampu dari kejauhan yang cukup indah. Sandeul begitu menikmatinya. Irene hanya menatap kosong.

“Irenee” Panggil Sandeul pelan. Irene menengok “Kenapa?”
“Aku suka kamu”

Irene yang tadinya menatap kosong menjadi terkejut. Saking terkejutnya dia sampai berdiri dengan sendirinya. Jantungnya semakin keras berdetak!.

Sandeul menatapnya bingung lalu berdiri juga. “Iya, aku suka kamu, kamu mau jadi pacarku?” Tanya Sandeul serius. Irene bingung, ia butuh teman-temannya sekaang, saat ini juga!. Tapi tapi tapi.

Sandeul mendekati Irene lalu memegang kedua pundak Irene lalu memutarkan badan Irene dan sekarang mereka berhadapan. Irene tetap membatu. “Irene, kau dengar?”,”D-dengar”,”Kau mau”,”Kita kan baru saja bertemu, aku tidak percaya kalau kau langsung suka” Irene menjawab terbata-bata. “Yah, kau tau kan apa arti Love Frist Sight?”, Irene mendongak melihat Sandeul, sekarang mata mereka bertemu. “Cinta pada pandangan pertama?”,”Iyaa, aku suka padamu dari awal kita bertemu pada malam itu, entah kenapa tiba-tiba aku menjadi nyaman denganmu, saat kita mengobrol bersama. Lalu, di tambah kita sering bertemu, bahkan kita sekampus, membuat aku ingin terus bertemu denganmu”,”Hanya karena itu?”,”Bukan, aku suka karena kamu unik dan apa adanya”, Mereka terdiam sebentar. Lalu, Sandeul menanyakan lagi. “Kau mau kan?”, Irene tidak tau harus menjawab bagaimana. Laki-laki tampan di hadapannya ini sedang menyatakan cinta padanya? Akankah 19 tahun Irene menjomblo berakhir hari ini? Tiba-tiba dia teringat masalah perjodohan ayahnya itu. 

Skip

Irene belum menjawab pernyataan suka dari Sandeul itu. Dia benar-benar bingung. Sekarang dia melamun.

“Heii !!” Teriak Go Eun menyadarkan Irene. “Kau kenapa? Jangan melamun, nanti kerasukan hantu” Ucap Ji Soo. “Tidak kok aku tidak melamun, aku hanya membaca menu hari ini”, “Alasan Klasik” Jawab Go Eun. “Ngomong-ngomong mana fotomu dengan Sandeul? Aku menunggunya semalaman”. Irene terkejut. “Ahhhhh aku tidak foto! Aku tidak mau!” Irene mengerucut. “Yah dasar penghianat, padahal di chat kau menjawab iya. “Dia hanya menjawab emoticon menangis” Ji Soo memperjelas. “Sama saja!” Teriak Go Eun. Irene membenamkan wajahnya. Dia bingung.

Malam ini Appa Irene akan menghadiri pertemuan perjodohan yang sudah di rencanakan oleh CEO, teman perusahaannya itu, sekalian menandatngani kontrak kerja sama. Irene di paksa untuk ikut menghadiri. Dia bersikeras tidak mau! Sampai pada akhirnya melihat Appanya jatuh pingsan kena serangan jantung, dia tidak tega. Dan, dia langsung berdandan. Eommanya dan kakaknya menyadarkan Appanya itu, sampai Appanya membuka matanya dan tersenyum. “Rencanaku berhasil, aku hanya pura-pura pingsan agar Irene mau berangkat, tenang badanku masih sehat” Eomma dan kakaknya terkejut lalu tertawa. “Appa jos!” Jin Woo mengangkat kedua jempolnya itu.

Irene terpaksa mengikuti perjodohan ini. Dari awal di jodohkan dia sudah tidak mau, bahkan setiap hari Eomma, Appa dan bahkan kakaknya yang ikut-ikutan, terus membujuk agar dia mengikuti acara perjodohan malam ini. Irene akhirnya ikut, takut melihat Appanya pingsan lagi.

“Wah Irenee kau cantik sekali!” Ucap Eommanya melihat Irene dengan dress ungu di atas lutut, rambutnya di cepol, dan dia berdandan, beda sekali sewaktu bersama Sandeul. Dia melupakan pernyataan cinta Sandeul untuk saat ini.

“Appa sudah sadar Eomma?”, Tiba-tiba Appanya datang dan dia sudah berjas rapi. “Ato Irene kita ke mobil berangkat sekarang. “Lho? Appa!” Irene terkejut.

Pertemuan perjodohan itu di laksanakan di Hotel Heritade. Hotel itu adalah milik perusahaan ayahnya yang akan memulai bekerja sama. Mereka sudah tiba disana dan berjalan menuju lantai 2. Disana sudah terdapat meja dan kursi yang sudah di hias untuk perjodohan ini. CEO dan istrinya sudah ada disana. Mereka menyambut kedatangan Ayah, Ibu dan Irene itu.
“Selamat malam pak”, Ayahnya menyapa CEO itu. Irene menyapa dengan menundukan kepalanya dan dia di persilahkan duduk.

“Wah cantiknya” Ucap Istri CEO itu. “Kamsahamnida” Irene menjawab malu-malu.

“Oh ya bagaimana? Rencananya pak?” Tanya CEO kepada Ayah Irene. “Ini anak saya sudah mau” Irene melihat ayahnya pasrah. “Baiklah, akan ku tanda tangani kontrak kerja samanya. CEO itu mengambil buku yang berisikan tentang perjanjian kerja sama dengan Ayah Irene.

“Oh ya ngomong-ngomong anak bapak dimana?” Lalu seorang laki-laki datang mengenakan tuxedo hitam, berdasi pita dengan rambutnya yang sudah di styles, dia tampan. Dia berjalan ke arah meja perjodohan itu. “Tampannya” Ibu Irene terkagum-kagum melihatnya. “Perkenalkan dirimu nak”,”Anneyong haseo, saya Jeon Jungkook, anak dari CEO perusahaan Heritade” Laki-laki yang bernama Jungkook itu membungkukan mebmberi salam. Irene terkejut dengan sangat ketika mendengar suara itu dan langsung menengok ke belakang. YAP, dia membesarkan kedua bola matanya begitu melihat laki-laki sangat tampan yang kemarin menyatakan perasaan kepadanya sekarang dia datang ke perjodohan ini, dan berkenalan dengan nama Jeon Jungkook! Irene tak percaya. “SANDEUL?” teriak Irene tiba-tiba. “Irene!” Jungkook tersenyum. “Kalian sudah saling kena;?” Tanya Appa Irene. “Bukankah dia Sandeul? Kenapa dia jadi Jungkook? Tanya Irene kebingungan. “HAHAHA dia melakukan penyamaran agar tidak dicari oleh kami” Ayah Jungkook memperjelas. Jungkook terkikik sendiri melihat wajah bingung Irene. “Wahh jodoh tidak kemana!” Ucap Ibu Jungkook. “Ah aku tidak percaya ini” Gumam Irene dia masih terkejut. “Ah Irene kau mau kan jadi pacarku? Eh calon istriku nanti?” Tanya Jungkook tiba-tiba, pernyataanya belum di jawab Irene kemarin jadi dia tanyakan saja disini. 

Seketika muka Irene memerah semua. “Irene kau tak apa?” Tanya Eommanya. “Tak apa Eomma”, “Kau mau tidak dengan Jungkook? Liat tuh dia sudah tampan sekali” ,”Ya katanya kau hanya mau dengan Jeon Jungkook anak perusahaan terkenal di kota ini, aku sudah ada di depanmu nin” Ucap Jungkook. Irene malu langsung mengangguk setuju. Bagaimana bisa di menolak seorang Jeon Jungkook. 

Jungkook berjingkat senang, karena Irene sudah resmi jadi pacarnya sekaligus calon istrinya besok.
“Irene, kau tidak menyesal kan di jodohkan?” Tanya Appanya.

Irene menekuk mukanya sambil melihat ayahnya. Ia sangat malu dan juga senang. Ternyata selama ini Sandeul adalah Jeon Jungkook yang menyamar karena dia kabur tidak mau di jodohkan. Ia menyamar agar ayahnya tidak mencarinya. Bahkan di kampusnya dia menjadi Sandeul agar penyamaran berhasil.

Setelah sekian lama kabur, akhirnya Jungkook pulang, dia pulang karena sudah menemukan cintanya. Dia bilang akan mengikuti perjodohan itu, dengan syarat apa yang terjadi nanti berupa penolakan atau sebagainya ayahnya tidak akan marah. Ayahnya menuruti itu, dan ternyata dia di jodohkan dengan Irene. Selamat!! Jodoh tidak akan kemana^^

Fin

Woahh akhirnya selesai juga. FF spesial untuk pembaca setia blogku. Frisca Ardianita! Semoga suka^^

Salam hangat dari denidenol!