Denidenol
| Twt : Denoool1, Denibaen.blogspot.com, wattpad : Denol1004 | Irene, Jeon
Jungkook (special to Frisca Ardianita) | Romance, Life | PG 17 | One shoot
“Aku
tidak akan mau Eomma”, “Kau harus mau! Ini demi perusahaan!”,”Tidak mau!, cinta
itu tidak bisa di paksakan Eomma”.
Ya,
dia adalah Irene, gadis 19 tahun yang akan di jodohkan oleh orangtuanya dengan
anak dari perusahaan teman ayahnya. Namun, ia menolak mentah-mentah karena
perjodohan itu adalah cara yang paling kuno. Dia juga berfikir kalau cinta itu
tak bisa di paksakan.
Eommanya
memaksa agar dia mau di jodohkan. Ya, karena ayahnya ingin saham di
perusahaannya bertambah. Dengan perjodohan inilah ayahnya dapat bekerja sama
dengan perusahaan temannya itu dan mendapat keuntungan yang cukup besar.
Irene
bersikeras menolak tawaran itu. Bahkan dia langsung keluar rumah begitu
Eommanya memaksanya.
“Kau
mau kemana Irene? Sudah malam!”
Irene
keluar begitu saja tanpa mempedulikan Eommanya yang berteriak menyuruhnya untuk
tidak pergi keluar. Hari sudah menjadi malam. Dan, malam ini begitu dingin.
Irene berjalan menyelusuri trotoar yang sekarang sudah sepi. Ia
terngiang-ngiang dengan perkataan Eommanya yang akan menjodohkannya secara
tiba-tiba.
“Apa-apaan
Eomma itu, main menjodohkan saja”
Irene
kesal sekali. Ia terus berjalan sambil menggerutu sendiri. Sampai dia tak
sengaja menabrak tiang yang ada di depannya. Bruk
“Aduh,
kenapa ada tiang tiba-tiba disini?” Irene memegangi kepalanya yang sakit.
Tiba-tiba ada suara orang sedang tertawa yang entah datang darimana.
“Suara
siapa itu?” Irene menelusuri sekitar, tak tampak ada seseorang disana. Bulu
kuduk irene mulai berdiri. Dia setengah takut dan bersiap untuk berlari. Saat
dia akan bersiap berlari ke depan lalu tiba-tiba dia menabrak seseorang dengan berpakaian hitam. Dia setengah
terkejut lalu dia terhuyung ke belakang dan BRUK. Irene jatuh dan pingsan.
Skip
Irene
membuka matanya Dia bangun sambil memegangi kepalanya.
“Aduh,
pusing sekali”
Irene
mengerjap-ngerjapkan matanya dan dia melihat di sekitar. Dia baru tersadar
setelah 5 menit berfikir kalau dia sudah ada di atas kursi taman. Dia terlonjak
kaget sampai hampir terjungkal dari kursi.
“Kok
aku bisa ada disini?” Bulu kuduknya seketika berdiri lagi. “Kau sudah sadar?”
Tanya seseorang dari balik punggung Irene. Irene menengok pelan-pelan ke
belakang dan mendapati seorang laki-laki dengan perawakan tinggi, kurus dan
berbaju hitam menggunakan topi hitam. Untungnya orang itu tidak memakai masker,
pasti disangka Irene penculik nantinya.
“Sudah”
Irene menjawab pelan karena dia ketakutan. Dia takut kalau tiba-tiba di masukan
ke dalam karung lalu di jual ke luar negeri. Ia tidak mau! Lebih baik di
jodohkan saja pikirnya.
Seorang
berbaju hitam tadi lalu berjalan dan duduk di sebelah Irene. Irene masih dengan
posisi duduk dengan kedua kakinya di tekuk dan tangannya memeluk kedua kakinya
itu.
Irene
terus memandang orang bertopi itu. Dia menelusuri semua bagian dari orang itu.
Mulai dari atas kepala sampai kaki. Kalau-kalau ada yang mencurigakan dia siap
sedia untuk lari. Orang tadi menyadari kalau sedang di perhatikan langsung
melihat ke arahnya. Irene yang merasa terpergoki langsung melihat ke arah lain.
“Kau
kenapa? Sepertinya ketakutan?” Irene lalu mencoba memberanikan diri melihat
orang itu.
“T-tidak
kok, aku hanya takut kalau nanti di culik olehmu”, Orang itu menaikkan alis. “Hahaha
kau lucu sekali, buat apa aku menculikmu” Orang itu tertawa. “Ya mungkin
menculikku karena mau di jual organnya he-he” Irene menjawab dengan asal. “Ya
itu sih saran yang baik, itung-itung menambah penghasilan”, Irene membesarkan
kedua bola matanya, “Haha, tidak lah,
aku bukan orang yang seperti itu”. Irene menghela nafas lega. Kalau sampai ia
di culik dan di jual organnya, ia berjanji di alam sana dia memohon kepada yang
di atas agar di ciptakan kembali dan menuruti perjodohan orang tuanya itu.
“Fiuuh
aku lega”, “Ngomong-ngomong kenapa kau keluar malam-malam begini? Kau tidak di
cari oleh orang tuamu?”, mendengar kata-kata orang tua, telinga Irene langsung
menjadi sensitif. Dia menekuk wajahnya. “Tidak mau pulang untuk saat ini”,
“Kenapa?”,”Ada masalah pribadi, dan itu membuatku kesal kalau harus mengingat
masalah itu”, “Oh iya kita belum
berkenalan, namaku Sandeul” Seorang tadi mengulurkan tangannya bermaksud untuk
berkenalan. Irene membalasnya takut-takut. “Aku Irene”,”Wah Irene, seperti
member dari grup yang terkenal itu, siapa itu”, “Red Velvet”,”Iya benar, apa
kau jangan-jangan anggota mereka?”, “Aku harap begitu”.
Skip
Hasil
dari kabur malam ini adalah bertemu seseorang yang entah datang darimana. Irene
merasa terhibur ketika mengobrol bersama orang itu. Ya, dia Sandeul, seseorang
dengan topi hitamnya yang disangka Irene penculik. Eh, lebih tepatnya penjual
organ manusia. Irene merasa suasana hatinya sudah cukup membaik, dia berencana
untuk pulang kerumah. Tetapi sebelumnya dia berpamitan dengan Sandeul.
“Oh
iya, ini sudah malam, aku akan pulang, sepertinya suasana hatiku ini sudah
cukup membaik” Irene turun dari kursi.
“Baiklah
Irene, kapan-kapan kita bertemu lagi ya”
Irene
tersenyum lalu dia melambaikan tangan dan berlari pulang kerumah. Sepertinya
sudah hampir larut malam. Dia tidak mau terkunci di luar rumah. Tidur bersama
anjingnya lagi.
Sandeul
tersenyum melihat kepergian Irene. Ia berharap bertemu lagi dengannya.
Gerbang
hampir saja di tutup oleh penjaga rumah. Irene berlari dan untungnya dia bisa
melewati gerbang itu. “Hati-hati nona Irene, untung saja tadi tidak terjepit”,
“Untungnya pak”,”Cepat masuk ke dalam nona, sudah di tunggu ibu nona” Irene tak
mendengarkannya. Dia langsung berlari saja. Ya benar saja, ibunya sudah
menunggunya di depan pintu persis dan begitu dia melihat Irene, Ibunya itu
langsung memasang muka khawatir.
“Irene,
darimana saja kamu?, Eomma takut kau bunuh diri mendengar akan di jodokan”.
Irene yang kebingungan mendengarnya lalu tersenyum kecil. “Ah Eomma, aku tidak
akan bunuh diri, mungkin kalau benar-benar di jodohkan aku akan bunuh diri,
tetapi dengan cara menjual organ hehe :”D”, “Ada-ada saja kamu, Eomma
mengkhawatirkanmu malah kamu bercanda, sudah tidur sana Irene, maafkan Eomma
tadi memaksamu”, Ibunya mengelus kepala anaknya itu. Irene tersenyum lalu
berlari ke kamarnya.
“Suatu
saat kau pasti mau Irene”.
Skip
Irene
bangun pagi sekali. Dia ada kuliah pagi hari ini. Dia tidak mau telat lagi, karena
dosen mata kuliah ini sangatlah killer. Sehabis mandi pagi, dia bergegas untuk
sarapan lalu pergi ke kampusnya. Bahkan dia hanya sarapan sepotong roti saja.
“Aku
pergi dulu Eomma, Oppa” Dia berpamitan dengan kakaknya dan ibunya. Ayahnya
sudah berangkat duluan ke kantor lebih gasik daripada Irene. Karena ayahnya
adalah kepala perusahaan, jadi dia sering meeting mendadak di pagi hari. Irene
langsung dengan kilatnya keluar rumah. “Hati-hati Irene”, “Irene makanlah yang
banyak! Jangan pergi saja!” Eommanya berteriak, begitu menyadari kalau anaknya
itu hanya mengambil sepotong roti saja. Padahal banyak makanan di meja.
“Biarkan
sajalah Eomma, nanti pasti dia beli makanan di kantin” Ucap Jin Woo. Jin Woo
adalah kakak Irene yang sudah bekerja. Dia bekerja di perusahaan ayahnya
sendiri. “Oh iya benar, tapi Eomma akan memanfaatkan kesempatan ini untuk perhatian ke Irene, sebelum dia menikah
dengan orang lain, pasti Eomma akan sedih, karena dia nanti tinggal dengan
orang lain”, Tiba-tiba suasana berubah menjadi sendu. Ibunya itu sangat
menyayangi keluarganya apalagi dengan kedua anaknya itu. Ia ingin anaknya
bahagia, kapanpun, dan dimanapun. “Sudahlah Eomma, kalau aku punya istri, aku
pasti tinggal disini dulu kok, sebelum punya rumah sendiri hehe” ucap Jinwoo sambil
melahap nasi goreng,”Ah kauuuu ini bisa saja. Yang dimaksud Eomma ini Irene
bukan kau. Oh iya kau kapan berangkat kerja?”.”Sebentar lagi Eomma”, “Ayahmu
sudah pergi ke kantor duluan, kau jangan telat, jangan membuat ayahmu malu”,
“Siap Eomma, kerjakan!”, Hormat Jin Woo.
Skip
Irene
sudah berada di ruang perkuliahannya. Dia mengambil tempat duduk agak depan.
Ruang kelas masih cukup sepi, hanya beberapa orang saja yang sudah berangkat. Sepertinya
mereka sepikiran dengan Irene untuk tidak telat.
“Ireneee!!
Kami datang” teriak dari dua orang laki-laki dan perempuan. Mereka berlari ke
arah tempat Irene duduk. Irene tersenyum melihat mereka berdua. “Kau gasik
sekali irene, mendahului kami berdua!”,”Benar, tumben sekali, biasanya kan kau
datang 30 menit setelah dosen masuk”. Irene memukul temannya itu. Ia tidak
terima. “Itu untuk hari biasa, khusus hari ini tidak!”. Mereka bertiga duduk
sederet.
Go
Eun dan Ji Soo. Ya, mereka adalah teman dekat Irene. Mereka bertiga adalah
teman dekat sejak SMA. Dengan latar belakang berbeda mereka bisa akrab sampai
sekarang. Orang tua Go Eun mempunyai bisnis butik baju yang lumayan sukses, Ji
Soo hanyalah anak dari seorang pegawai biasa, dan Irene adalah anak dari Kepala
perusahaan besar di kotanya. Hanya Go Eun dan Ji Soo lah yang dapat mengerti
Irene sampai saat ini. Dan, tidak akan meninggalkan Irene karena hanya
mengincar kekayaan Irene. Ya walaupun kaya, Irene tetap tampil apa adanya, dia
tidak suka menggembor-nggemborkan uang orang tuanya. Dia lebih suka menabung
lalu menggunakan uangnya sendiri.
“Kalian
tahu tidak? Aku habis berduka semalam”
“Kenapa?”
Tanya Ji Soo. “Aku akan di jodohkan oleh orang tuaku!”. Go Eun terbahak setelah
mendengar Irene mengatakan itu. Irene menekuk wajahnya. “Di Jodohkan dengan
siapa? Lagian kau masih kecil untuk di jodoh-jodohkan” Ji Soo menjawab dengan
tenang. Dia memang paling di sukai Irene karena dia kalem haha. “Dengan anak
dari perusahaan teman ayahku,”Alasan di jodohkan?”,”Ya karena ayahku ingin
bekerja sama dengan perusahaan temannya itu, untuk menaikan sahamnya, tapi apa
harus dengan perjodohan?”, Irene menceritakan dengan kesal. “Mungkin karena
tidak laku, jadi orang tuamu takut kau tidak dapat jodoh” Jawab Go Eun asal,
membuat Irene mencubitnya.
“Enak
saja, aku kan tidak tau bagaimana orangnya, kalau dia adalah penjual organ
manusia bagaimana?”, “Aduh Irene kau jangan gila hanya karena sedang galau
tentang perjodohan lalu mengira dia akan menjual organmu. Lebih baik kau
menjual organmu kepadaku, untuk makanan kucing di rumahku ” Jawab Go Eun asal. Irene
menyikut Go Eun, kesal. “Enak saja organku untuk makanan kucing”, “Lalu kau
maunya di jodohkan dengan siapa?” Tanya Ji Soo yang sekarang sedang
membuka-buka buku untuk mata kuliah hari ini. “Dengan Jeon Jungkook, kalian tau
kan siapa dia?”, “Jangan berkhayal Irene, kau tau mukanya saja tidak”,”Iya
tidak tahu sih, tapikan katanya dia tampan, baik, dan dia juga anak dari CEO
perusahaan yang terkenal tapi entah perusahaan apa, aku mau sama dia saja”,”Kau
tidak tanya ayahmu akan bekerja sama dengan perusahaan apa?”,”Hei, mendengar
aku akan di jodohkan saja sudah membuatku malas, apalagi bertanya lebih lanjut,
pokoknya aku tidak mau di jodohkan!” Teriak Irene.
Skip
Irene
sedang berjalan dengan kedua temannya itu. Dan, dia berhenti, begitu melihat
seorang yang dia liat tadi malam. Ya, itu Sandeul. Dia sedang duduk di taman
dekat kampusnya sedang mendengarkan musik sendirian.
“Teman-teman
tersayang, aku pergi sebentar ya kesana”, “Kemana Irene?”,”Ke taman sebalah
sana itu, sebentar ya”. Irene langsung berlari. “Kita harus menunggunya atau
pergi saja?” Tanya Go Eun. “Tunggu saja, katanya dia kesana sebentar”. “Aku penasaran
Irene mau apa kesana, kita ikuti yuk” Go Eun menarik Ji Soo menuju taman.
Irene
mendekati orang itu. “Sandeul?”, Irene bertanya namun di abaikan oleh Sandeul.
Irene mencoba melambaikan tangan ke mukanya. Akhirnya, Sandeul menyadari, dia
langsung melepaskan Headphone di telinganya dan melihat Irene yang sudah ada di
depannya.
“Kau
Irene kan? Wah kita beneran berjumpa lagi” Sandeul berdiri dari kursinya
langsung menyapa Irene.
“Iyaa!
Suatu takdir atau kebetulan ini? Aku senang kita berjumpa lagi, aku jadi ingat
semalam kita bertemu lalu sekarang bertemu lagi, kau tidak berencana menjual
organku kan?” Irene masih saja berpikir negatif. Sandeul terbahak mendengar
ucapan Irene itu. “Hahaha, kau ini lucu sekali, kan sudah aku bilang aku bukan
orang seperti itu, kalaupun iya, aku sudah menculikmu kemarin malam”. Irene
bergidik. “Lebih baik aku di jodohkan saja” gumamnya.
“Hei
itu siapa?” Go Eun bertanya-tanya. “Sepertinya seorang laki-laki”. “Iya aku tau
Ji Soo, kalau dia laki-laki, tapi siapa? Jangan-jangan pacar Irene?”
Go
Eun dan Ji Soo mengintip dari balik pohon. Mereka curiga karena Irene bertemu
dengan seorang laki-laki.
“Oh
iya, kau kuliah disini?” Tanya Irene. “Ehm iya benar, aku di jurusan ekonomi,
kau juga kuliah disini Irene?”, “Wah ternyata kita sekampus, aku juga kuliah
disini, jurusan teknik”, “Sepertinya takdir haha. By The Way, anak teknik ya ?
keren”, “Iya keren kan, jarang-jarang anak perempuan masuk teknik, sebenarnya
aku di suruh masuk jurusan ekonomi juga, sama sepertimu, tapi aku tidak mau!
Haha”.”Kenapa?”,”Karena aku tidak suka pelajaran IPS, haha”.
Mereka sekarang sedang mengobrol di kursi
taman. Dan, kedua teman Irene tetap berada di belakang pohon, memperhatikan
gerak-gerik mereka. “Aku akan mengintrogasi Irene nanti!” Ucap Go Eun.
Skip
Saking
asyiknya mengobrol, Irene sampai lupa waktu. Dia bahkan lupa dengan kedua
temannya itu. “Wah aku lupa! Aku meninggalkan temanku disana” Irene berdiri
dari kursi dan langsung berlari tanpa berpamitan dengan Sandeul. Sandeul hanya
kebingungan lalu tertawa melihat Irene yang sudah berlari mencari temannya itu.
“Lucu sekali”
Irene
ngos-ngosan. Dia berlari mencari kedua temannya itu. Tapi temannya sudah tidak
ada di tempat saat mereka terakhir kali bertemu. “Dimana mereka? Ah pasti
mereka marah di tinggal olehku? Bahkan Ji Soo juga? Ya ampun” Irene membalikan
badannya dan dia terlonjak kaget saat mendapati kedua temannya sudah berada di
belakangnya. Irene mengerjap-ngerjapkan matanya karena terkejut. Go Eun sudah
melipat kedua tangannya di perut dan memasang muka penuh selidik terhadap
temannya yang satu ini. Dan, Ji Soo, seperti biasa dia tenang dan kalem. Namun,
kali ini berbeda dia menatap Irene dengan tatapan selidik juga.
Irene
hanya menggaruk-garukan kepalanya dan memperlihatkan giginya saat melihat kedua
temannya itu.
“Jadi
begini? Kau bilang tak mau di jodohkan, ternyata sudah ada pacar?” Go Eun
bertanya sinis. “Bukan, itu bukan pacarku Go Eun-ah”,”Lalu siapa?”, “Jadi, aku
dan dia bertemu malam kemarin, aku yang sedang kabur lalu pingsan dan di tolong
oleh dia, begitu”. Irene mencoba menjelaskan. “Kau kabur? Karena perjodohan?
Haha”, Ji Soo tertawa. “Sepertinya kau mengarang cerita ya?”,”Tidak, kalau
kalian tidak percaya yasudahlah”, Irene yang bersiap akan pergi, di tarik oleh
Go Eun. “Baiklah Irene kami percaya, tapi aku punya permintaan, sekarang kau
harus ceritakan kronologisnya bertemu dengan dia okey”. Ji Soo mengangguk-nganggukan
kepalanya. “Baiklah, jadi....”
Skip
“Sayang,
kau harus bertanggung jawab! karena kau, anak kita jadi kabur entah kemana!”
“Biarkan
saja, dia pasti kembali kalau dia butuh uang”
“Bukan
masalah itu, dia sudah tidak kembali kerumah sebulan yang lalu semenjak kau
ingin merencanakan perjodohan itu, apa kau tidak khawatir dengan anakmu
sendiri!”
“Itu
salahnya karena dia tidak mau menurutiku, hanya di jodohkan saja langsung kabur
dari rumah, sudahlah aku mau pergi ke kantor dulu ada meeting mendadak, dan aku
yakin dia pasti akan pulang kerumah, liat saja nanti”. Laki-laki itu mengambil
tas kerjanya dan bersiap untuk pergi ke kantornya.
Sehabis
pertengkaran kecil dengan suaminya. Perempuan itu memandang sebuah figura foto
yang isinya adalah foto anaknya. “Kokkie-ah” panggilan kesayangan untuk anaknya
itu. “Cepatlah pulang, Eomma rindu denganmu tau” Perempuan tadi memeluk figura
itu.
Sekarang
Irene sudah ada di kantin kampus dengan kedua temannya itu seperti biasa.
Mereka sudah selesai dengan kuliah hari ini. Beda dari kemarin, kuliah hari ini
hanya sebentar dengan dosen yang tidak begitu killer.
“Woaah
Ireneee makanmu tumben banyak”. Irene mengambil porsi cukup besar dari
biasanya. Dia lupa makan pagi.
“Aku
lupa sarapan teman-teman”,”Kenapa lupa?” Ji Soo menyeruput supnya. “Ya karena
aku kira aku akan telat, aku langsung lari saja ke kampus, sebenarnya eommaku
sudah mengejarku sih sampai keluar gerbang rumah tapi aku tetap lari saja
haha”,”Bodoh memang Ireneku”,”Padahal tidak telat” Jawab Ji Soo. Irene hanya
cengar-cengir.
Skip
Irene
pulang sendirian. Kedua temannya tak bisa pulang bersama. Go Eun di perintah
ibunya untuk belanja benang segera. Ji Soo ada perkumpulan organisasi di sore
ini. Jadi Irene pulang sendirian.
“Irene
hei!” Panggil seorang laki-laki. Irene melihat kedepan. “Hai Sandeul!”
Irene
berlari mendekati Sandeul. “Kau mau pulang?” Tanya Sandeul. “Iya, aku mau
pulang, kau juga?”,”Iyaa tadinya, setelah melihatmu tidak jadi pulang
deh”,”Hahaha gombal” Irene memukul lengan Sandeul.
Irene
dan Sandeul
sedang menunggu bus di halte. “Eh Sandeul, kau rumahnya dimana? apa
kita searah? Kau juga naik bus?” tanya Irene. “Rumahku?” Sandeul terdiam
berpikir sebentar. “Iya, rumahmu masa rumahku?”,”Rumahku di daerah gangnam”
Jawab Sandeul hati-hati. “Oh gangnam, kita tidak searah, aku di daerah sana,
aku lupa daerahnya haha aku suka lupa rumahku sendiri” Irene tertawa sendiri.
Sandeul hanya tersenyum melihatnya. “Oh itu busnya datang, aku pulang dulu ya
Sandeul, sampai bertemu besok!”. Irene lebih suka naik transpostasi umum atau
berjalan kaki, daripada harus di jemput oleh supir. Memang Irene adalah orang
kaya yang beda :D.
Setelah
Irene menaiki busnya, tinggalah Sandeul sendirian. Dia merenung.
Di
dalam bus Irene berpikir sebentar, kenapa dia selalu bertemu dengan Sandeul.
Entah itu sengaja atau tidak sengaja. Takdir kah?
Skip
Makan
malam bersama keluarga bagi orang lain adalah hal yang menyenangkan. Karena
suasana jadi hangat ketika berkumpul bersama. Namun, tidak bagi Irene. Dia
paling malas makan bersama keluarganya lama-lama untuk saat ini, apalagi di
tambah ada ayahnya. Ya, karena saat ini topiknya adalah perjodohan Irene.
“Irene
kau harus mau di jodohkan ya?” Ayahnya meminta baik-baik sambil mengambil nasi
dari wadah tempat nasi yang sudah di sediakan.
Wajah
Irene mulai kesal. “Appa, aku tidak mau”. Jawab Irene yang sekarang sedang
memutar-mutarkan mie gorengnya lalu memakannya.
“Kenapa?
Kan enak di jodohkan jadi tidak pusing lagi mencari”,”Bukan begitu, aku kan
tidak tahu seperti apa orangnya Appa, kalau dia penculik bagaimana?”, “Hussh
Irene, bukan penculik, dia adalah anak dari teman appa, anaknya baik, tapi appa
belum tau siapa nama pastinya”,”Hya tuh kan appa saja tidak tahu namanya siapa,
mau di jodohkan denganku? No, No no”, “Iyaa benar kata appa, kau lebih baik di
jodohkan saja daripada menjomblo terus”, Ucap Jin Woo kakaknya. Irene langsung
melirik sinis ke arah kakaknya itu. Eommanya geleng-geleng kepala
.
Setelah
selesai makan malam Irene langsung ke kamarnya. Dia duduk di meja belajarnya,
dia bermaksud untuk belajar pretest besok. Tiba-tiba dia kepikiran Sandeul.
“Sandeul sedang apa ya?. Oh ya bahkan kita sudah sering bertemu dan belum
pernah bertukar nomor telepon? No no no”. Irene berbicara sendiri. Lalu dia
membayangkan muka Sandeul. “Iya, dia tampan, wajahnya putih, senyumnya manis,
yang jelas dia tinggi, aaahhh laki-laki idaman, eh tunggu dulu, tidak ada yang
lebih idaman dari Jeon Jungkook! Ya walaupun aku tidak tau muka dia bagaimana
huhu” Irene membungkamkan wajahnya ke kedua tangannya dan histeris sendiri.
Skip
“Irene
kau sepertinya semangat sekali pretest hari ini?” Tanya Go Eun. “Jelas
semangat, kan aku ingin menjadi lulusan terbaik besok! 2 tahun lagi!” Irene
membaca-baca materi penuh semangat. Bahkan dia lebih semangat dari Ji Soo.
“Baguslah Ireneku, daripada Go Eun!” Jawab Ji Soo blak-blakan. “Irene pasti
semangat karena mau di jodohkan kan ? jadi sehabis lulus lalu nikah” Irene
berhenti membaca lalu mencubit kedua pipi Go Eun. “Aw Sakit, aku tau pipiku
gembul”,”Go Eun-ku kau yang ingin di jodohkan kan? Apa aku bilang appaku saja
kalau kau ingin menggantikanku lalu ikut perjodohan itu?”,”Boleh, asal jodohnya
adalah Jeon Jungkook!”, “No no no dia hanya milikku!”,”Sudahlah kalian ini,
belajar-belajar daripada menyesal nanti” Ucap Ji Soo yang sedang membuka
bukunya dan menghafalkan rumus. “Dengarkan Ji Soo tuh Go Eun-ah, agar kau
sadar! Jangan berpikir tentang jodoh terus!”
Pretest
hari ini lumayan sulit. Soal 20 dan Irene hanya bisa menjawab 10 soal, dia
berharap mendapat nilai tambahan. “Woahhh soalnya susah kali ini” Keluh Go Eun.
“Kau bisa menggarap berapa Ji Soo-ah?” Tanya Irene. “Ehmm 15 nomor, kalau
kau?”,”Woah 15 nomor, aku saja hanya bisa 8 nomor” Go Eun terkejut mendengar Ji
Soo yang mengerjakan lumayan banyak. “Aku hanya setengahnya huhu aku akan lebih
giat membaca”.
Saat
mereka bertiga tengah berjalan di kantin seseorang memanggil Irene. “Irene!”
Mereka
bertiga yang asik mengobrol lalu menengok ke arah sumber suara itu. “Sandeul?”,
Go Eun dan Ji Soo saling berpandangan. “Jadi itu yang bernama Sandeul?”, Tanya
Go Eun. “Waaahhh” Jawab Ji Soo. Irene langsung berlari ke Sandeul diikuti kedua
temannya.
“Hai
Sandeul-ah, kita berjumpa lagi”,”Wah benarr, kita berjumpa lagi, kau mau makan
siang?”. Go Eun masih terpana melihat seorang laki-laki di depannya. Dia merasa
laki-laki di depannya tampan sekaliiiiiiii. Dia tidak percaya Irene ternyata
bertemu orang setampan ini.
“Oh
iya perkenalkan mereka adalah sahabatku, Ini Go Eun dan Ini Ji Soo”,”Hai Aku Ji
Soo teman Irene”. Go Eun tetap terpana.”Hei Go Eun-ah kau kenapa?” Irene
melambai-lambaikan tanganya ke wajah Go Eun. “Ahhh aku Go Eun-ah, salam kenal,
aku adalah sahabat Irene dari SMA, kami teman baik, yakan Irene”, tiba-tiba Go
Eun merangkul Irene manja. Irene bingung. “Maafkan Sandeul-ah, dia memang agak
tidak waras”. Sandeul hanya tersenyum.
Skip
Perkenalan di kantin tadi, membuat Go Eun histeris
sampai sekarang. Bahkan, Ji Soo dan Irene sampai memasang Headshet di telinga
mereka. Ya, mereka sangat tahu sahabatnya itu apabila sudah bertemu laki-laki
tampan menjadi tidak normal.
“IRENE!! DIA TAMPAN SEKALI!!!” Go Eun histeris
sendiri. Dia sesekali berjingkrak. Ji Soo dan Irene mengabaikannya dan tetap
pura-pura mendengarkan musik lalu tetap berjalan kedepan. “Woah, aku tidak
menyangka kalau Irene-ku berkenalan dengan seorang laki-laki tampan, dan dia
satu kampus dengan kita!”. Go Eun berbicara sendiri dan dia menyadari kalau dia
sedang di abaikan oleh kedua temannya itu langsung berlari mengejarnya. “Hei
kalian berdua!” Irene dan Ji Soo tetap berjalan. Go Eun tak terima, lalu
menarik HeadSet mereka. “Aduh Go Eun, nanti Headsetku rusak”,”Iyaa, ini
musiknya sedang keren-kerennya malah kau lepas”. Go Eun mengernyit lalu
menyubit kedua temannya itu. “Aw, kau suka sekali menyubit sih” Ji Soo
mengelus-ngelus lengannya. “Kalian tadi mengabaikanku! Aku tidak di dengarkan,
kan temanmu ini sedang bahagia!! Kalian jahat” Go Eun kesal dan akhirnya dia
berjalan duluan ke depan. Irene dan Ji soo saling berpandangan dan tersenyum
melihat kepergian Go Eun itu. “Hei GO EUN-AH tunggu kami! Jangan marah!!”.
Skip
Sandeul berjalan sendirian. Dia sambil mendengarkan
musik. Dia berhenti sebentar begitu menyadari kalau dia melihat Irene sedang
berjalan dengan membawa belanjaan. Dia lalu berjalan cepat dan mendekati Irene.
“Pasti Eomma akan masak besar nanti malam, jangan
bilang dia akan melatihku menjadi istri yang baik, mulai dari menyuruhku
berbelanja begini, ah tidak! Aku masih muda dan belum siap” Irene kesusahan
membawa belanjaan pesanan Eommanya itu. Ada sayur, daging, bumbu, beberapa
botol bumbu dan juga minuman. Irene sampai kewalahan.
“Hai Irene! Kita ketemu lagi!”. Irene melihat
kedepan, Sandeul sudah ada di depannya. “Hai Sandeul!” Irene melambaikan tangan
ke Sandeul. “Kau habis darimana? sepertinya berat?”,”Habis dari pasar, aku di
suruh eomma-ku berbelanja” Ucap Irene kesal. “Sini ku bantu bawakan” Sandeul
langsung mengambil belanjaan yang ada di tangan Irene itu. “Wah tidak usah
repot-repot Sandeul-ah, aku bisa kok membawanya”,”Sudahlah, tadi aku liat kau
kesusahan dan sepertinya punggungmu mau patah”,”Hei kau liat aku
daritadi?”,”Iyaa, tadi aku melihatmu, makanya aku kesini”,”Wah sepertinya kau
mengikutiku ya? Karena kita sering bertemu akhir-akhir ini”,”Iya, aku
merencanakan penjualan organ” Irene langsung melihat Sandeul seram dan bersiap
melarikan diri. Sandeul melihat Irene lucu dan langsung tertawa. “Hahah kau
ini, bisakah kalau betemu kita tak membahas penjualan organ? Kalau aku ada niat
untuk itu bagaimana?” Irene menggulung mulutnya.
”Oh iya, kau tidak kabur lagi
Irene?”,”Kabur? Haha akan ku rencanakan nanti kalau aku benar-benar di
jodohkan”,”Di Jodohkan?”,”Iya, kau tau kan acara perjodohan yang ada di tv-tv
itu, aku kesal orangtuaku mengikuti acara itu dan menerapkannya padaku, kenapa
tidak kakakku saja yang di jodohkan?”, Irene nyerocos panjang lebar.”Di
jodohkan dengan siapa?”,”Dengan anak CEO dari perusahaan lain, CEO itu adalah
teman ayahku, tapi aku tidak tau bagaimana orangnya, dan parahnya lagi ayahku
pun tak tahu juga, katanya orangnya baik lalu tampan, kalau penculik bagaimana
kan aku tidak tahu juga”, Irene kesal dan semakin menghayati dalam ceritanya.
Sandeul tiba-tiba terbahak mendengar kata-kata Irene yang menyangka akan di
jodohkan dengan seorang penculik? Orang tua yang tega sekali kalau sampai
seperti itu. “Hei kenapa tertawa? Aku salah kah?”,”Tidak, kau lucu saja, kenapa
kau selalu mengira itu penculik atau penjual organ? Kau trauma?”,”Tidak, hanya
takut”,”Kau mau di jodohkan dengan siapa kalau misal kau yang memilih
orangnya?” Tanya Sandeul. “Jeon Jungkook!! Orang paling tampan, dan dia juga
baik anak dari perusahaan terkenal tapi aku lupa nama perusahaanya, aku
berharap aku di jodohkan dengan dia, pasti hidupku akan bahagia!”,”Kau tau
orangnya?”,”Tidak sih, tapi kata orang-orang sekitar dia itu tampan dan baik,
namannya juga bagus Jeon Jungkook, ya kan?”.”Kenapa kau langsung begitu
suka?”,”Ya karena aku sudah membayangkan
dia itu tampan sungguhan haha”,”Dasar aneh, kalau dia penculik bagaimana?”
Irene menyikut lengan Sandeul. “Tidak mungkin lah”. Sandeul tertawa.
“Kalau misal kau di jodohkan, kau akan memilih
dengan siapa sandeul?” Irene bertanya. “Ehm, aku tidak mau di jodohkan, kecuali
kalau denganmu aku pasti mau” Sandeul menggoda Irene. Seketika muka Irene
menjadi merah. “Hei mukamu kenapa?”,”Kenapa? Mukaku kenapa?” Irene memegangi
kedua pipinya.
Digoda oleh laki-laki tampan seperti sandeul siapa
yang tidak akan malu? Ya mungkin Go Eun yang tidak akan malu, mungkin dia
langsung mengajak Sandeul menikah saat itu juga.
Skip
Mereka berdua akhirnya sampai di depan rumah Irene.
Tadinya Irene sudah menyuruh Sandeul untuk pulang duluan, namun dia tetap
mengikuti Irene sampai pulang kerumah. Karena belajaan yang di bawa Irene
terlihat berat. “Ini rumahku Sandeul” Sandeul melihat rumah Irene yang cukup
besar dengan gerbang yang tinggi. “Besar juga rumahmu, kau tidak di antar supir
saja ke pasarnya tadi?”,”Tidak mau, aku tidak mau merepoti orang lain hanya
karena pergi sebentar ke suatu tempat”,”Istri yang baik”,”Hei aku belum siap
jadi istri, sudahlah kau pulang saja sana sandeul, sudah mau malam, kasihan
orang tuamu di rumah menunggumu nanti” Irene mengusir Sandeul. “Baiklah
baiklah, sampai besok Irene, kita pasti ketemu lagi di kampus haha” Sandeul
berpamitan dan langsung berjalan pergi. Irene masih di depan gerbang melihat
punggung Sandeul berjalan pulang. Tiba-tiba dia mengingat Sandeul menggodanya,
pipinya langsung memerah, ia cepat-cepat masuk, takut dia jadi histeris dan
Sandeul balik menghampirinya.
Sandeul membalikan tubuhnya dan memengok sebentar ke
arah rumah Irene. Lalu tersenyum.
Irena masuk ke dalam rumahnya dan langsung menuju ke
dapur, disana sudah ada eommanya sedang mencuci piring mempersiapkan makan
malam. Begitu melihat Irene dia langsung membantu Irene mengangkat belanjaan
yang berat itu.
“Eomma, Oppa dan Appa belum pulang?”,”Belum Irene,
mereka sedang ada meeting sebentar, mungkin jam 7 nanti mereka pulang”,”Wah
kerja di perusahaan itu memang susah ya, capek juga”,”Iya maka dari itu mereka
harus punya istri yang siap menyediakan makanan kalau mereka pulang nanti, kau
harus belajar jadi istri yang baik dari sekarang” Irene mengernyit mendengar
Eommanya mengatakan itu.
“Sudah ku bilang Eomma, aku ini masih mudah tidak mau
di jodohkan!”,”Jangan menyesal kalau kau tidak mau di jodohkan lalu dapat jodoh
penjual organ nanti”,”Hih Eomma, tapi aku belum siap menikah saat ini! Aku
masih sibuk dengan kuliahku tau”,”Untuk persiapan saja, ayahmu butuh bantuanmu,
kau tidak akan membantu?”,”Aku akan membantu setiap ada yang minta tolong
Eomma, apalagi yang minta tolong adalah Appa, tapi kalau minta tolongnya
tentang per jo dohan, aku pikir dua kali lagi deh! Huh” Irene kesal, setelah
dia menata sayur ke dalam kulkas dia langsung berlari ke kamar mandi untuk
buang air besar. Eommanya tersenyum melihat tingkah anaknya itu. “Bagaimana
nanti ya kalau dia sudah menikah, pasti aku akan merindukan tingkah lucunya
itu” Eommanya tersenyum sendiri sambil menuangkan air ke dalam panci untuk di
rebus.
Walaupun masih 19 tahun, Irene sudah di jodohkan.
Bukan maksud memaksanya, Ayah Irene berencana melakukan kerja sama dengan suatu
perusahaan besar namun syarat dari perusahaan itu adalah melakukan perjodohan.
Sebenarnya Ayahnya keberatan akan soal itu, dia tau pasti Irene tak akan
setuju. Namun, saham yang di berikan perusahaan besar itu lumayan besar dan
kesempatan tidak datang dua kali. Maka, sampai sekarang ayahnya terus membujuk
Irene sampai Eommanya pun juga. Tetap saja Irene tidak akan mau, karena cinta
tidak di paksakan.
Skip
“Aku rindu Eomma, tapi aku tidak mau melakukan
perjodohan itu, maafkan aku Eomma, suatu saat aku pasti pulang kerumah membawa
calon jodohku nanti, aku masih muda dan aku ingin mencari sendiri” Seorang
laki-laki melihat foto ibunya itu. Dia rindu Ibunya.
Irene dan kedua temannya saat ini sedang berada di
kursi taman duduk memakan Eskrim bersama. Praktikum yang melelahkan hari ini
membuat mereka ingin memakan sesuatu yang membuat semangat lagi. Ya, itu
Eskrim.
“Ehmm Eskrimya enak” Go Eun menjilati Eskrimnya itu
dengan semangat. “Benar-benar membuat mood kembali normal”,”Kalian ini, hanya
satu praktikum saja masih kurang bersemangat, ingat! Semester besok ada dua!”
Ucap Ji Soo, “Masih lama, kita nikmati dulu Eskrimnya ini”.
Seseorang berlari mendekati mereka bertiga.
“Sandeul?” Ucap Go Eun sumringah. Dia beryukur sehabis praktikum dia di hampiri
oleh cowok tampan.
“Hai, kalian sedang apa disini?”,”Sedang makan
Eskrim” Jawab Ji Soo datar smabil sibuk memakan Eskrimya. Irene malu melihat
muka Sandeul. Setelah kejadian kemarin dia sangat malu untuk bertemu dengan
Sandeul. Apalagi sampai pipinya merah begitu. Hanya karena di goda oleh Sandeul.
“Irene? Kok diam saja? Ada Sandeul ini, biasanya kau
menyapanya?”, Tanya Go Eun yang tidak bisa di ajak kerja sama untuk saat ini.
“Ah- hai Sandeul” Irene menyapa sambil sibuk memakan Eskrimnya. Dia berharap
mukanya tidak memerah lagi.
“Hai Irene, kita bertemu lagi” Sandeul tersenyum.
Dan, senyumnya entah kenapa tiba-tiba menjadi manis sekali, membuat Irene yang
melihatnya tiba-tiba langsung berdegup kencang. Go Eun yang melihatnya langsung
histeris. “Ah Sandeul-ah kenapa kau begitu tampan? Kau bertemu dengan Irene
lagi? Kapan?” Go Eun. Kenapa seperti ini,
biasanya tidak berdegup kencang, ada apa Irene, oh tidak jangan terbawa
perasaan hanya karena dia menggodaku, gumam Irene dalam hati.
Sandeul yang
melihat Irene mulai salah tingkah, dia memergoki kalau muka Irene tiba-tiba
memerah. “Irene kau sakit? Mukamu memerah? Apa perlu ke rumah sakit?” Irene
terkejut lalu cepat-cepat dia mengambil ponselnya dan benar, muka dia memerah!.
Go Eun dan Ji Soo langsung melihat muka Irene. “Mukamu kenapa Irene? Kau
sakit?! Sini aku cek?” Go Eun memegang dahi Irene. “Tidak panas kok” Ucap Go
Eun. “Sepertinya dia malu bertemu Sandeul”, Jawab Ji Soo cuek, asal ceplos
sambil terus menjilati Eskrimnya. Irene langsung menoleh ke arah Ji Soo dan
memukulnya. Irene lalu berdiri dan langsung berlari meninggalkan Sandeul, Go
Eun, dan Ji Soo. “Hei Irene! Tunggu! Kau
mau kemana?” Teriak Go Eun. Irene terus saja berlari. Sandeul yang melihatnya
tersenyum sendiri.
Skip
“Ah Ji Soo kurang ajar, membuat aku sangat malu di
depan Sandeul. Bagaimana nanti kalau aku bertemu lagi dengannya di suatu
tempat?” Irene terus berlari. Dia tidak tahu kenapa jantungnya menjadi begitu
tak karuan begitu melihat Sandeul. Mungkin karena dia tampan lalu dia menggoda
Irene untuk menjadi istrinya? Irene tidak mau menikah untuk saat ini, tapi dia
juga berpikir kalau menikah dengan Sandeul dia juga mau kok. “Ahhhhh Sandeul
gara-gara kau, jantungku sepertinya akan keluar sekarang!”
Sore ini, Irene sedang berada di halaman belakang
rumahnya. Dia sudah duduk di kursi taman sedang membaca-baca buku. Tiba-tiba
ponselnya berbunyi. Irene mengambilnya dan melihat ke layar, terlihat nomor
yang tak di kenal. Dia lalu membukannya dan membaca pesan itu.
Benar
nomor Irene?
Aku
Sandeul^^
Irene yang tadinya membaca dengan tenang isi pesan
itu lalu terlonjak kaget dan terjungkal ke belakang. “Aduh sakit” dia lalu
bangun dan mengambil ponselnya yang terlempar itu. Ia tidak percaya kalau
Sandeul mengirimi dia pesan. “Sandeul? Dia dapat nomorku darimana?” Irene
terbengong sebentar dan lalu berpikir. “Ahh pasti GO EUN DAN JI SOO, dasar
teman kurang ajar!, aku harus bagaimana sekarang?” Irene memukul-mukulkan
tangannya ke kepala. Dia sedang di landa genpa besar di jantungnya tiba-tiba
yang melanda gempa tersebut datang dan mengirimi dia pesan? Sungguh tak bisa di
percaya.
Irene berpikir lama dan setelah setengah jam dia
berpikir, akhirnya dia membalasnya juga.
Iya
benar Irene disini. Hai Sandeul^^
Irene memilih tulisan send dan dia langsung
berjingkrak-jingkrak sendiri karena dia sangat malu. “AAAAAAHHHHHH”
Skip
“Ji Soo-ah, kau tahu tidak?”,”Tahu apa Irene?” Ji Soo
berjalan sambil meminum sprite. “Sandeul mengirim pesan kepadaku!” Irene
berteriak kesal. “Pesan apa?” Tanya Ji Soo. “Cuma bilang kalau dia itu Sandeul,
ah ini pasti ini gara-gara kalian kan?”,”Ahh bukan gara-gara aku, kemarin Go
Eun memberi nomormu karena Sandeul memintanya, kamu tau bagaimana kan si Go Eun
itu?” Jawab Ji Soo tenang sambil terus meminum Spritenya. Irene dan Ji Soo
sedang berjalan berdua, Go Eun entah kemana. “Ah sialan anak satu itu”.
Dari kejauhan Go Eun memanggil Ji Soo dan Irene, dia
sedang bersama seseorang. “IRENE! JI SOO!!”. Mereka berdua menengok ke sumber
suara itu, dan melihat Go Eun bersama ya siapa lagi kalau bukan Sandeul. Irene
langsung berdegup kencang. “Ahhhhh Sandeul kenapa disitu?” Gerutu Irene. Ji Soo
melihat Irene bingung. Irene langsung bersembunyi di balik punggung Ji Soo. “Lindungi
aku Ji Soo-ah!”.
Go Eun dan Sandeul berjalan menghampiri mereka
berdua. “Hai Ji Soo” Sapa Sandeul. “Hai juga”. Irene tetap bersembunyi di balik
punggung Ji Soo. “Kau kenapa Irene?” Tanya Go Eun. Irene tak menjawab dia tetap
berada di belakang Ji Soo. “Ini dia malu” Jawab Ji Soo cuek. Irene langsung
memeluk Ji Soo dan mencengkramnya. “AHHH Irene, jangan peluk-peluk!” Ji Soo
meronta-ronta minta di lepaskan. Sandeul yang melihat adegan itu langsung
tertawa sendiri. “KALIAN JANGAN PELUK-PELUK ! APA AKU HARUS MEMELUK SANDEUL JUGA
SAMA SEPERTI KALIAN!” Teriak Go Eun. Dan, Sandeul tertawa semakin keras.
Skip
Sandeul tertawa sendiri mengingat kejadian tadi.
Kehebohan yang di sebabkan teman Irene membuat dia terhibur, dan di tambah
Irene sekarang suka salah tingkah bila betemu dengannya. “Mungkin karena di
goda menjadi istriku? Haha dia itu lucu sekali padahal baru pertama kali
bertemu langsung akrab” Sandeul senyum-senyum sendiri mengingat bagaimana muka
Irene memerah saat salah tingkah di taman saat itu. Apalagi ditambah
teman-temanya itu polos dan blak-blakan.
Sandeul berjalan sambil tersenyum sendiri. Ia tak
sebahagia ini sebelumnya. Lalu, dia mengambil ponselnya dan membuka kotak pesan
memilih nama Irene lalu mengetik sebuah pesan. Dia tersenyum lalu berlari
pulang.
Irene yang sedang belajar bersama dengan temannya
saat itu karena ada tugas dadakan dari dosen killer. Mereka harus menggarap
laporan praktikum hari ini juga malam ini juga dan di kumpulkan besoknya
sebelum jam 5 sore. Ini merupakan suatu kesengsaraan yang melanda anak teknik
kalau mempunyai dosen seperti itu. “Woahhh, dosen killer itu makin menjadi ya!!”
Teriak Go Eun yang tengah menulis beberapa rumus. “Gilaa, bisa tidak tidur
malam ini, kalian akan menginap kan sampai besok?” ,”Sepertinya aku tidak” Ucap
Ji Soo. “Yah Hei Ji Soo-ah kau tidak setia kawan!” Teriak Go Eun. “Aku tidak
bawa baju” Ji Soo sedang menyelesaikan Bab3 nya. “Pinjam kakakku saja, kau
harus menginap!” Teriak Irene. “Baiklah, daripada kalian teriak-teriak terus,
gendang telingaku hampir pecah”, Go Eun langsung memeluk Ji Soo. “Yey Ji Soo
memang terbaik”,”Awas jangan peluk-peluk aku trauma!” .
Irene yang serius menggarap Bab2 nya itu tiba-tiba
ponselnya berbunyi. “Ah siapa ini? Jangan bilang dosen killer itu ingin tau
kabar laporanku?” Irene mengambil ponselnya dan tiba-tiba ponselnya terbang dan
untung di tangkap oleh Go Eun. “Ada apa sih Irene? Siapa yang mengirim pesan?”
Go Eun langsung melihat siapa yang mengirim pesan.
Hai
Irene, sedang apa?^^
Disitu tertera nama Sandeul. Langsung Go Eun
histeris. “IRENEE! INI DARI SANDEUL SI TAMPAN! CEPAT BALAS SEKARANG!” Irene
merasa sangat malu sekarang, bahkan jantungnya berdegup sangat kencang
sekarang. “Tidak mau!” Teriak Irene berusaha menenangkan jantungnya. “Hei, kalau
tidak mau Aku yang menjawabnya saja ya?” Tanya Go Eun. Irene langsung
mengulurkan tanganya bermaksud mengambil ponselnya dari Go Eun namun dia tidak berhasil.
Go Eun dengan cepat membalas pesan itu.
Dan, TENG terikirim dan langsung di terima. “Berhasil, pasti dia
sebentar lagi membalas”. Irene pasrah.
“Memang dia mengirim pesan apa?” Tanya Ji soo. Go
Eun memperlihatkan isi pesan itu ke Ji Soo.
Hai
Irene, sedang apa?^^
Hai
Sandeul, aku sedang menggarap laporan bersama Go Eun dan Ji soo di rumahku. Ini
semua gara-gara dosen killer itu malam ini aku harus begadang menggarapnya,
laporan di tumpuk besok, kesal kan. Kalau kau sedang apa?^^
Ji Soo hanya geleng-geleng kepalanya. Irene sudah
terkapar di kursinya. Sepertinya jantungnya sudah mau copot.
KLING. Eh dia membalas lagi! Go Eun cepat-cepat
membukanya.
Oh
baiklah Irene maaf sudah mengganggu. Semoga cepat selesai mengerjakannya ya! Kalau
aku sedang menghitung uang kan tugas anak ekonomi, siapa tau bisa menghitung
uang untuk membeli rumah kita nanti? Eh aku menggodamu lagi! Hehe haha^^
Go Eun membacakannya keras-keras. Irene yang
mendengarkannya langsung terguling dari kursinya. “Ireneee!!” Teriak Ji Soo
tiba-tiba. Go Eun hanya tertawa melihat Irene jatuh dan histeris sendiri karena
Sandeul menggoda Irene.
“Aduhh punggungku sepertinya akan patah!”
Skip
Irene berjalan sendirian. Mengingat kejadian semalam,
dia malu sendiri. Dia memegangi pipinya terus. “Irene!!” Teriak seseorang.
Irene terkejt ketika mendengar siapa yang berteriak. Ia seketika membatu Oh tidak, apa yang harus aku lakukan.
Sandeul berlari ke arahnya. “Irene kau mau pulang?”
Irene mematung ia benar-benar bingung antara tetap disitu atau berlari. Sandeul
yang merada di abaikan lalu melambaikan tangan ke wajah Irene. “Kau baik-baik
saja?” Irene tersadar dari lamunannya. “Eh Sandeul-ah, aku baik-baik saja hehe”
Irene berusaha bersikap biasa saja sambil menyunggingkan senyum terpaksanya. Ia
benar-benar belum bisa mengontrol jantungnya. “Mukamu memerah lagi Irene” Irene
langsung memegangi pipinya itu. “Ahhhhhhh tidak!”,”Kau sakit beneran ya?”
Sandeul memegang dahi Irene. Irene semakin panas. “Ah kau malu denganku ya?”,
Irene merasa terpergoki itu langsung memberanikan diri melihat Sandeul. “Ahh
malu karena apa? Karena kau menggombaliku?”,”Ehm iya mungkin”,”Tidak kok, aku
biasa saja hehe” Irene merasa salah tingkah. Sandeul tersenyum kecil. “Hahaha,
maafkan aku deh kalau menggombalimu sampai menbuat kamu malu kalau bertemu
denganku”,”Sudah ku bilang aku biasa saja tau! Huh” Irene makin memerah. “Haha
kau lucu sekali sih” Sandeul mengelus kepala Irene.
Akhirnya, Irene berjalan bersama Sandeul. Ia tidak
mungkin berlari karena sudah terpergoki. Ini memalukan. Jantugnya masih sja
berdegup kencang namun dia sudah mulai bisa mengontrolnya.
“Kau mau pulang ?” Tanya Sandeul tiba-tiba memecahkan
keheningan di antara mereka. “Iya lah, masa berangkat kuliah lagi” Jawab Irene
asal. “Hahaha, siapa tau kau akan menemui dosen killermu itu dan meminta tugas
tambahan?”,”Tidak mungkin, aku tidak sudi huh” Irene kesal.
”Ngomong-ngomong
nanti malam ada acara tidak?” Irene menengok ke Sandeul. “Tidak ada acara”,”Aku
ingin mengajakmu jalan-jalan lalu makan, bagaiman? Kau mau?”, seketika ada yang
merasuki tubuh Irene membuat tubuh Irene seketika panas dingin. “Hei, mau
tidak? Aku jemput deh nanti” Sandeul menawari diri menjemput Irene. Ketika Bus
yang akan membawa Irene pulang sudah datang Irene langsung kabur dan berlari
masuk ke dalam. Dia bingung harus menjawab apa dan langsung kabur. “Hei Irene
jangan kabur!” Teriak Sandeul.
Skip
Group Chat Tiga sekawan
Irene : Teman-teman!! Ada kabar buruk!!
Irene : Cepat balas!!
Irene : P P P P P P P !!
Ji Soo : Y ada apa Irene? Kabar buruk
apa?
Go Eun : Kenapa!!! cepat beritahu!
Irene : Sandeul mengajakkku jalan-jalan
nanti malam, buruk kan!!
Go Eun : *Hening*
Ji Soo : *Hening*
Irene : Hei kalian, balas! Aku harus
bagaimana?
Ji Soo : Jalan-jalan saja, kasihan kan
kalau di tolak
Go Eun : JALAN-JALAN SAJA! POKOKNYA
JALAN! PAKAI BAJU BAGUS! KALAU KAU BERANI MENOLAK AJAKAN ORANG TAMPANN SEPERTI
ITU, KU BUNUH KAU IRENE!
Go Eun : Mengirim emoticon marah-marah
Ji Soo : Ya ampun, keypadmu rusak?
Go Eun : Tidak ehhhhhmmmmmm
Go Eun : Irene hoy! Pergi kemana kau?
Irene : Baiklah aku akan pergi,
menggunakan baju bagus
Go Eun : Jangan lupa berfoto bersama! Kirim
ke grup
Ji Soo : Mengirim emoticon jempol
Irene : mengirim emoticon menangis
Irene menggeletakan ponselnya lalu pergi menuju
lemari pakaiannya. Dia melihat bajunya, tidak banyak juga tidak sedikit, tapi
isinya hanya baju panjang selutut dan juga celana jins, tidak ada gaun ataupun
dress apalagi baju untuk pergi berkencan. “OMG ini bukan berkencan ya” Ucap
Irene sambil memilah-milah bajunya.
KlING ponselnya berbunyi.
Irene
aku tunggu di taman ya
Skip
Irene berjalan ke taman. Dia hanya menggunakan baju
berbahan tunik yang panjangnya selutut + celana jeans hitam dan sepatu convers.
Dia bingung harus menggunakan baju apa. Dia berpikir kan bukan kencan untuk apa
dandan bagus. ^^
Sandeul sudah menunggu daritadi, begitu dia melihat
Irene dia langsung berlari mendekati Irene dan menyapanya. “Anneyong Irene!”
Irene melihat dia malu-malu. Wahh Sandeul
tampan sekali, dia mengenakan celana Jins dan Hem biru yang di masukan kedalam,
kancing atasnya membuka satu, dengan rambutnya yang berwarna cokelat tua agak
kehitaman, hidungnya mancung dia
benar-benar tampan. Irene membatin. Dia begitu terpesona sekarang. Dia juga
malu hanya menggunakan pakaian seadanya dengan rambutnya yang panjang di gerai.
Sandeul tersenyum lalu menggandeng Irene. Irene yang pasrah hanya diam mengikutinya
tetapi sebenarnya dalam hati dia teriak-teriak ingin kabur. Mereka jalan-jalan
di sekitar sungai Han. Disana sudah banyak sekali pasangan yang sedang berduaan.
Irene melihatnya aneh, dia tidak pernah berkencan.
“Kenapa kesini? Kenapa tidak ke cafe saja?” Tanya
Irene. “Udara disini sejuk, kau tidak pernah kesini?”,”Tidak lah, aku kan tidak
pernah berkencan, dan disini katanya tempat orang berkencan kan?”,”Wohohoho
sekarang sedang berkencan kan?” Tiba-tiba jantung Irene berdegup kencang. “Jangan
menggodaku terus!”
Sandeul berhenti di tepian sungai Han dan mulai
duduk disana dikuti Irene. Mereka memandangi air sungai Han yang tenang dan
kerlip-kerlip lampu dari kejauhan yang cukup indah. Sandeul begitu
menikmatinya. Irene hanya menatap kosong.
“Irenee” Panggil Sandeul pelan. Irene menengok “Kenapa?”
“Aku suka kamu”
Irene yang tadinya menatap kosong menjadi terkejut. Saking
terkejutnya dia sampai berdiri dengan sendirinya. Jantungnya semakin keras
berdetak!.
Sandeul menatapnya bingung lalu berdiri juga. “Iya,
aku suka kamu, kamu mau jadi pacarku?” Tanya Sandeul serius. Irene bingung, ia
butuh teman-temannya sekaang, saat ini juga!. Tapi tapi tapi.
Sandeul mendekati Irene lalu memegang kedua pundak
Irene lalu memutarkan badan Irene dan sekarang mereka berhadapan. Irene tetap
membatu. “Irene, kau dengar?”,”D-dengar”,”Kau mau”,”Kita kan baru saja bertemu,
aku tidak percaya kalau kau langsung suka” Irene menjawab terbata-bata. “Yah,
kau tau kan apa arti Love Frist Sight?”, Irene mendongak melihat Sandeul,
sekarang mata mereka bertemu. “Cinta pada pandangan pertama?”,”Iyaa, aku suka
padamu dari awal kita bertemu pada malam itu, entah kenapa tiba-tiba aku
menjadi nyaman denganmu, saat kita mengobrol bersama. Lalu, di tambah kita
sering bertemu, bahkan kita sekampus, membuat aku ingin terus bertemu denganmu”,”Hanya
karena itu?”,”Bukan, aku suka karena kamu unik dan apa adanya”, Mereka terdiam
sebentar. Lalu, Sandeul menanyakan lagi. “Kau mau kan?”, Irene tidak tau harus
menjawab bagaimana. Laki-laki tampan di hadapannya ini sedang menyatakan cinta
padanya? Akankah 19 tahun Irene menjomblo berakhir hari ini? Tiba-tiba dia
teringat masalah perjodohan ayahnya itu.
Skip
Irene belum menjawab pernyataan suka dari Sandeul
itu. Dia benar-benar bingung. Sekarang dia melamun.
“Heii !!” Teriak Go Eun menyadarkan Irene. “Kau
kenapa? Jangan melamun, nanti kerasukan hantu” Ucap Ji Soo. “Tidak kok aku
tidak melamun, aku hanya membaca menu hari ini”, “Alasan Klasik” Jawab Go Eun. “Ngomong-ngomong
mana fotomu dengan Sandeul? Aku menunggunya semalaman”. Irene terkejut. “Ahhhhh
aku tidak foto! Aku tidak mau!” Irene mengerucut. “Yah dasar penghianat,
padahal di chat kau menjawab iya. “Dia hanya menjawab emoticon menangis” Ji Soo
memperjelas. “Sama saja!” Teriak Go Eun. Irene membenamkan wajahnya. Dia
bingung.
Malam ini Appa Irene akan menghadiri pertemuan
perjodohan yang sudah di rencanakan oleh CEO, teman perusahaannya itu, sekalian
menandatngani kontrak kerja sama. Irene di paksa untuk ikut menghadiri. Dia
bersikeras tidak mau! Sampai pada akhirnya melihat Appanya jatuh pingsan kena
serangan jantung, dia tidak tega. Dan, dia langsung berdandan. Eommanya dan kakaknya
menyadarkan Appanya itu, sampai Appanya membuka matanya dan tersenyum. “Rencanaku
berhasil, aku hanya pura-pura pingsan agar Irene mau berangkat, tenang badanku
masih sehat” Eomma dan kakaknya terkejut lalu tertawa. “Appa jos!” Jin Woo
mengangkat kedua jempolnya itu.
Irene terpaksa mengikuti perjodohan ini. Dari awal
di jodohkan dia sudah tidak mau, bahkan setiap hari Eomma, Appa dan bahkan
kakaknya yang ikut-ikutan, terus membujuk agar dia mengikuti acara perjodohan
malam ini. Irene akhirnya ikut, takut melihat Appanya pingsan lagi.
“Wah Irenee kau cantik sekali!” Ucap Eommanya
melihat Irene dengan dress ungu di atas lutut, rambutnya di cepol, dan dia
berdandan, beda sekali sewaktu bersama Sandeul. Dia melupakan pernyataan cinta
Sandeul untuk saat ini.
“Appa sudah sadar Eomma?”, Tiba-tiba Appanya datang
dan dia sudah berjas rapi. “Ato Irene kita ke mobil berangkat sekarang. “Lho?
Appa!” Irene terkejut.
Pertemuan perjodohan itu di laksanakan di Hotel
Heritade. Hotel itu adalah milik perusahaan ayahnya yang akan memulai bekerja
sama. Mereka sudah tiba disana dan berjalan menuju lantai 2. Disana sudah
terdapat meja dan kursi yang sudah di hias untuk perjodohan ini. CEO dan
istrinya sudah ada disana. Mereka menyambut kedatangan Ayah, Ibu dan Irene itu.
“Selamat malam pak”, Ayahnya menyapa CEO itu. Irene
menyapa dengan menundukan kepalanya dan dia di persilahkan duduk.
“Wah cantiknya” Ucap Istri CEO itu. “Kamsahamnida”
Irene menjawab malu-malu.
“Oh ya bagaimana? Rencananya pak?” Tanya CEO kepada
Ayah Irene. “Ini anak saya sudah mau” Irene melihat ayahnya pasrah. “Baiklah,
akan ku tanda tangani kontrak kerja samanya. CEO itu mengambil buku yang
berisikan tentang perjanjian kerja sama dengan Ayah Irene.
“Oh ya ngomong-ngomong anak bapak dimana?” Lalu
seorang laki-laki datang mengenakan tuxedo hitam, berdasi pita dengan rambutnya
yang sudah di styles, dia tampan. Dia berjalan ke arah meja perjodohan itu. “Tampannya”
Ibu Irene terkagum-kagum melihatnya. “Perkenalkan dirimu nak”,”Anneyong haseo,
saya Jeon Jungkook, anak dari CEO perusahaan Heritade” Laki-laki yang bernama
Jungkook itu membungkukan mebmberi salam. Irene terkejut dengan sangat ketika
mendengar suara itu dan langsung menengok ke belakang. YAP, dia membesarkan
kedua bola matanya begitu melihat laki-laki sangat tampan yang kemarin
menyatakan perasaan kepadanya sekarang dia datang ke perjodohan ini, dan
berkenalan dengan nama Jeon Jungkook! Irene tak percaya. “SANDEUL?” teriak
Irene tiba-tiba. “Irene!” Jungkook tersenyum. “Kalian sudah saling kena;?”
Tanya Appa Irene. “Bukankah dia Sandeul? Kenapa dia jadi Jungkook? Tanya Irene
kebingungan. “HAHAHA dia melakukan penyamaran agar tidak dicari oleh kami” Ayah
Jungkook memperjelas. Jungkook terkikik sendiri melihat wajah bingung Irene. “Wahh
jodoh tidak kemana!” Ucap Ibu Jungkook. “Ah aku tidak percaya ini” Gumam Irene
dia masih terkejut. “Ah Irene kau mau kan jadi pacarku? Eh calon istriku nanti?”
Tanya Jungkook tiba-tiba, pernyataanya belum di jawab Irene kemarin jadi dia
tanyakan saja disini.
Seketika muka Irene memerah semua. “Irene kau tak apa?” Tanya
Eommanya. “Tak apa Eomma”, “Kau mau tidak dengan Jungkook? Liat tuh dia sudah
tampan sekali” ,”Ya katanya kau hanya mau dengan Jeon Jungkook anak perusahaan
terkenal di kota ini, aku sudah ada di depanmu nin” Ucap Jungkook. Irene malu
langsung mengangguk setuju. Bagaimana bisa di menolak seorang Jeon Jungkook.
Jungkook berjingkat senang, karena Irene sudah resmi
jadi pacarnya sekaligus calon istrinya besok.
“Irene, kau tidak menyesal kan di jodohkan?” Tanya
Appanya.
Irene menekuk mukanya sambil melihat ayahnya. Ia
sangat malu dan juga senang. Ternyata selama ini Sandeul adalah Jeon Jungkook
yang menyamar karena dia kabur tidak mau di jodohkan. Ia menyamar agar ayahnya
tidak mencarinya. Bahkan di kampusnya dia menjadi Sandeul agar penyamaran
berhasil.
Setelah sekian lama kabur, akhirnya Jungkook pulang, dia pulang karena sudah menemukan cintanya. Dia bilang akan mengikuti perjodohan itu, dengan syarat apa yang terjadi nanti
berupa penolakan atau sebagainya ayahnya tidak akan marah. Ayahnya menuruti
itu, dan ternyata dia di jodohkan dengan Irene. Selamat!! Jodoh tidak akan
kemana^^
Fin
Woahh akhirnya selesai juga. FF spesial untuk
pembaca setia blogku. Frisca Ardianita! Semoga suka^^
Salam hangat dari denidenol!