Dulu aku punya seorang kakak. Dia sangat baik
padaku. Kemanapun aku pergi selalu saja dia khawatir dan terus menghubungiku
kalau aku pulang lebih dari jam yang aku janjikan padanya. Dia akan mengomeliku
kalau pulang larut malam. Terkadang aku merasa tingkahnya berlebihan, lagian
aku sudah besar dan cukup menjaga diri, hingga aku sadar kalau dia sangat
sayang padaku.
Suatu ketika dia sedang duduk di lincak belakang
rumahku. Rumahku masih seperti rumah di pedesaan, tradisional. Aku tinggal
bersama nenek dan kakakku, orang tuaku sudah meninggal saat aku masih kecil. Aku
pun tak ingat kalau aku ternyata punya seorang kakak.
Dia sedang memandang ke atas langit sendirian. Aku menghampirinya
lalu duduk di sebelahnya. Dia menoleh ke arahku.
“Hei” Dia menyapaku sambil tersenyum. Akupun membalas
senyumannya.
“Kau sedang apa kak?” Tanyaku.
“Aku sedang duduk saja disini dik, melihat langit
biru di atas sana” Dia berbicara sambil menunjuk dengan satu jarinya ke arah
langit sana.
Aku juga ikut melihat ke arah langit biru itu. Lalu,
dia memegang kepalaku. Akupun menoleh ke arahnya, dia sedang tersenyum sendiri
masih memandang langit biru di atas sana.
Aku melihat senyuman itu, senyuman penuh arti, namun
aku tak pasti apa artinya, aku takut salah paham.
Lalu, dia berbicara.
“Kalau misalnya aku ke langit biru itu, apakah kau
akan merindukanku?” Dia bertanya dan aku tak tahu maksudnya apa, aku hanya
memasang muka aneh campur bingung.
Kakakku menyadari kebingunganku, lalu menoleh ke
arahku. “Hei mukamu itu tolong di kondisikan, oppa jadi gemas melihatnya”
Kakakku mencubit pipi tembemku. Ya, walaupun aku kurus, pipiku ini lumayan
besar.
Aku mengelus pipiku karena kakakku mencubitku
terlalu keras. “Aku tidak tau maksud pertanyaan oppa” Jawabku.
Kakakku mengelus-elus kepalaku sekarang. “Suatu hari
nanti oppa akan pergi dan entah kembali lagi atau tidak” Dia berbicara
seolah-olah dia akan mati.
“Oppa, kenapa berbicara seperti itu?” Tanyaku sambil
memegang tangannya.
Dia hanya tersenyum. Lagi-lagi senyuman itu. aku tak
mengerti.
....
Sekarang aku hanya bisa mengenang kakakku yang
sangat perhatian itu, dia benar-benar pergi entah kemana.
Aku tidak percaya. Perkataan dia sepertinya
terwujud, aku tidak bisa menerima itu. bahkan, aku sampai menangis histeris
begitu kakakku tidak akan pulang lagi.
Sejak malam itu, dia menghilang. Aku hanya bersama
nenekku sekarang, jujur aku merindukanmu kak.
Dan, aku tidak bisa menerima kalau dia ternyata
malaikat yang sedang turun ke bumi untuk melindungiku, menyamar menjadi kakak
yang sangat perhatian padaku, itu kata nenekku.
Perlahan lahan foto-foto aku dengannya menghilang.
“Aku merindukanmu kak, Jeon Jungkook” Aku memeluk
figura foto yang masih berisikan fotoku dengannya dan juga nenekku.
fin
Hah???
BalasHapusHuwahhh jadi ikutan Sedih+kangen+nangis.
BalasHapusKenapa datang kalau akhirnya harus meninggalkanku sendirian??
Kenapa Kak?
Kenapa pergi?
Hiks.
Author tanggung jawab gih,, Aku jadi Sedih beneran,, ceritanya nyentuh banget,, kebawa emosi.
BalasHapusHuhuhuuuu.